Memang The House Of Raminten, menjadi tempat makan yang sangat unik dan menonjolkan tema tradisional Jawa. Hal itu tidak lepas dari penataan tempat beserta pakaian seragam waiternya yang sangatlah unik. Tidak hanya itu, pengunjung yang datang akan disambut ramah karyawan yang lengkap berbusana tradisional jawa. Busana kemben dan kain jarik yang dikenakan karyawannya mengadopsi dari busana para abdi dalem Kraton Yogya yang sudah dimodifikasi ala Raminten. Sedangkan pakaian pegawai pria mengenakan kain jarik dan modifikasi rompi dan kaos.
"Pak Hamzah itu tidak hanya berfokus pada keuntungan bisnis. Tetapi juga melestarikan budaya Jawa melalui berbagai aspek bisnisnya, seperti desain interior, busana pelayan, dan pertunjukan seni. Karena keunikan itu The House of Raminten menjadi salah satu destinasi wajib bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogya," terangnya.
Sosok Hamzah atau Raminten tidak terletak pada kepiawaiannya memutar roda bisnis. Keberhasilan Hamzah terletak pada kemampuannya mengembangkan karakter Raminten, menjadi sebuah merek bisnis kuliner yang unik dan kental nuansa budaya Jawa. Perjalanan hidup pebisnis sekaligus seniman Hamzah Sulaiman resmi diangkat menjadi film dokumenter berjudul Jagad'e Raminten alias Raminten Universe. Film ini diproduksi Kalyana Shira Foundation, menggandeng Nia Dinata sebagai sutradara dan Dena Rachman sebagai produser dan penulis.
Baca Juga: Ada Putusan Menkumham, Dualisme PSHT Sragen Berakhir
Sikapnya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dalam setiap aktivitas bisnisnya. Slogan yang kerap diutarakannya, adalah 'Migunani Tumpraping Liyan (membawa manfaat bagi orang lain). "Bagi kami bapak Hamzah adalah pribadi yang sangat mencintai kebersamaan dan kesetaraa. Selain memiliki hubungan yang dekat dengan banyak orang, termasuk para karyawannya. Sebagai karyawan saya diberikan banyak pengalaman yang tidak pernah terbayangkan. Tidak hanya dalam hal bisnis dan relationship, tapi juga soal bagaimana berinteraksi dan memanusiakan manusia," jelasnya.
Slogan lainnya yang sering diungkapkan karyawannya, tentang pentingnya 'Urip Iki Urup'. Menekankan pentingnya menolong atau berbagi dengan sesama. Sehingga mereka bisa mengisi kehidupan dengan segala sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Kesederhanaannya yang di anggap menghargai karyawannya, misalnya tidak pernah menganggap atau memperkenalkan kami sebagai karyawannya kepada para koleganya. Sebaliknya, kami selalu diperkenalkan sebagai temannya, kata Bagus.
Hamzah ‘Raminten’ Sulaiman sebenarnya pernah kuliah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengambil prodi Bahasa Inggris. Sebelumnya pernah menimba ilmu di Universitas Gadjah Mada di jurusan Biologi, tapi tidak menyelesaikannya. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sanata Dharma, Hamzah sempat bekerja di kapal pesiar dan tinggal beberapa tahun di Amerika Serikat sebelum kembali ke Indonesia, selanjutnya belajar di Akademi Seni Tari (ASTI) kemudian lebih serius mengelola usaha keluarga.
Selain beberapa hal di atas, kecintaaan seorang Hamzah terhadap kebudayaan Yogyakarta tidak perlu diragukan lagi. Bahkan sebagai bentuk kecintaan terhadap kebudayaan Yogya, dirinya selalu memastikan secara detail tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya untuk diaplikasikan ditempat usahanya.
Semua itu dilakukan dengan harapan bisa mengenalkan budaya Yogya khususnya Kraton kepada masyarakat luas, serta mengajak mereka agar terlibat aktif dalam upaya pelestarian. Tidak mengherankan apabila semua itu akhirnya mengantarkan Hamzah mendapatkan gelar Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamiji Nindyo dari Kraton Yogyakarta. Gelar itu diberikan tidak sekadar berkaitan dengan pengangkatan Hamzah sebagai seorang Abdi Dalem Kraton, tapi juga bentuk pengakuan atas kontribusinya dalam melestarikan budaya Jawa.
Mengenai pertunjukan Raminten Cabaret Show , menurut Bagus masih terus berjalan. Raminten Cabaret Show menampilkan musik, tari, komedi, dan drama dengan gaya busana meriah yang bisa dinikmati di Hamzah Batik lantai 3 setiap Jumat malam dan Sabtu malam. Biasanya pertunjukan itu dapat dinikmati dari pukul 19.00 WIB sampai 20.30 WIB.
Adanya karakteristik pengunjung Kota Yogya yang sangat beragam, menjadikan pertunjukan Cabaret menjadi sebuah daya tarik tersendiri, tentunya semua itu tidak lepas karena keunikan yang dimiliki. Setiap detail dalam pertunjukan dipersiapkan secara cermat untuk memberikan pengalaman hiburan yang tak terlupakan bagi para penontonnya. Dari kostum yang berkilauan hingga tata panggung yang megah, semua dirancang untuk menciptakan atmosfer spektakuler. Tak heran jika cabaret show menjadi magnet bagi wisatawan dan warga lokal yang ingin merasakan sensasi hiburan yang berbeda. Bahkan chanel TV Asia pernah meliput Raminten sebagai resto kuliner khas Yogya yang unik.
"Tidak hanya sekadar hiburan, pertunjukkan ini juga memberikan pesan tentang keberanian untuk berbeda dan menghargai keunikan setiap individu. Melalui pertunjukan ini, para penampil tidak hanya menunjukkan kepiawaian mereka dalam seni pertunjukan, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk membebaskan diri dari batasan-batasan konvensional," paparnya.
Kepergian Hamzah Sulaiman menjadi kehilangan besar bagi dunia seni dan budaya Indonesia. Namun, warisan yang ditinggalkannya akan terus hidup, dalam tawa, dalam kain batik, dan dalam kenangan akan sosok Raminten yang jenaka dan bijaksana.
Hamzah tidak hanya menciptakan karakter Raminten, tetapi juga mewariskannya melalui berbagai aspek bisnis dan aktivitasnya. Ia mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, kesetaraan, dan kecintaan pada budaya Jawa. Tidak mengherankan apabila Hamzah telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam upaya melestarikan budaya lokal dan mengembangkan bisnis yang berakar pada kearifan lokal. Warisannya akan terus hidup melalui semangat dan nilai-nilai yang ia tanamkan.(Ioc)