Menurut pengakuannya, hal tersebut tak lepas dari pengaruh yang ia dapat dari mempelajari wayang beber.
Alhasil, cita rasa lokalitas dan nuansa adi luhung budaya Jawa amat menyeruak di dalam potret lukisannya.
Selain itu, pada karya berjudul 'The Ocean Dance', Indiria seperti tengah mengangkat sosok Ratu Kidul yang hidup dalam sanubari masyarakat Jawa.
Secara komposisi, Indiria dalam beberapa karyanya, misalnya 'Sing Kepenak Wae', menampilkan warna-warna cerah.
Sementara, pada trilogi Manunggal, Indiria membiarkan karyanya sepi dari warna.
Kesan ini seperti hendak menunjukkan pemaknaan personal Indiria atas proses menuju manunggaling kawula gusti.
Tentu, karya-karya tersebut sangat terbuka untuk beroleh interpretasi dan apresiasi apa saja dari para pecinta seni.
Namun, yang tak kalah penting, produk seni rupa juga mesti beroleh refleksi dan kontemplasi.
Alhasil, muatan rasa, karsa, dan asa yang dimunculkan perupa dapat memberi manfaat untuk para penikmatnya.
Tentu, publik berharap kerja sama antara Bentara Budaya Yogyakarta dan para perupa seperti Indiria layak untuk terus berlanjut.
Ragam wujud seni rupa yang menyejukkan kini sangat dibutuhkan untuk mengimbangi hingar-bingar polemik yang menggejolak hari-hari terakhir. (*)