KRjogja.com - YOGYA - Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta bekerja sama dengan Grha Keris Yogyakarta dan FITK UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan Perayaan Hari Keris Nasional DIY 2025 dengan tema besar “Pusaka Manjing Pawiyatan: Keris dalam Paradigma Ilmu Pengetahuan”. Kegiatan ini dilaksanakan pada 25–26 November 2025 di Gedung Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga.
Dekan FITK UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Sigit Purnama, M.Pd., menegaskan bahwa FITK tidak hanya hadir sebagai institusi pendidikan, tetapi juga sebagai ruang kebudayaan yang memiliki keberpihakan nyata terhadap warisan adiluhung bangsa.
Menurutnya, penyelenggaraan Perayaan Hari Keris Nasional dengan tema besar Pusaka Manjing Pawiyatan: Keris dalam Paradigma Ilmu Pengetahuan merupakan wujud konkret kecintaan FITK terhadap kebudayaan, khususnya keris sebagai pusaka yang merepresentasikan pengetahuan, nilai filosofis, serta identitas bangsa yang tidak boleh tercerabut dari dunia akademik.
“FITK UIN Sunan Kalijaga menempatkan kebudayaan bukan semata ornamen seremonial, tetapi sebagai fondasi pembentukan karakter dan keilmuan. Keris harus terus dihadirkan sebagai bagian dari proses pendidikan dan penguatan jati diri generasi muda,” tegasnya.
Berbagai agenda digelar dalam perayaan ini, di antaranya:
Pameran Keris di Ruang Pertemuan Lt. 1 yang menampilkan koleksi dari pangeran keraton serta dosen UIN, UGM, UNY, UKDW, Atmajaya, UAD, hingga komunitas Sutresna Keris.
Sarasehan Nasional 1 & 2 di Ruang Teatrikal yang membahas keris dari perspektif antropologi, teknologi material, filsafat, dan budaya.
Workshop Seni Tempa Keris di halaman timur FITK yang menampilkan proses nyata pembuatan keris secara tradisional.
Workshop Pembuatan Sandangan Keris di ruang pameran.
Lomba Esai & Vlog Keris yang berlangsung hingga 26 November 2025 pukul 06.00 WIB.
Pameran ini menjadi ruang reflektif dan edukatif untuk memperkenalkan keris sebagai objek ilmu pengetahuan yang memiliki dimensi sejarah, teknologi, filosofi, estetika, dan spiritual. Selama ini keris kerap dipersepsikan sebagai benda kuno bernuansa mistis, namun melalui paradigma keilmuan, keris justru tampil sebagai artefak budaya yang menyimpan pengetahuan teknologi tradisional (indigenous knowledge) yang luar biasa.
Pameran diikuti oleh 40 pemilik keris yang berasal dari kalangan akademisi, pangeran keraton, dan pecinta tosan aji. Para peserta antara lain GBPH Prabukusuma, GBPH Yudhaningrat, sejumlah profesor dan doktor dari berbagai disiplin ilmu, serta kolektor dan empu keris dari berbagai daerah.
Kegiatan ini juga merespon pengakuan UNESCO terhadap keris sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 25 November 2005, yang menegaskan keris sebagai simbol budaya yang merepresentasikan nilai-nilai luhur Nusantara.(*)