KRjogja.com - PROGRAM Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta kembali menggelar Gelar Karya Koreografi Tari Anak sebagai bagian dari tugas semester mata kuliah Senitari. Kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengasah kreativitas sekaligus menyiapkan diri menjadi guru SD yang multitalenta.
Dosen pengampu mata kuliah seni tari, Ika Chandra Maulida, menjelaskan bahwa tuntutan guru SD saat ini tidak hanya menguasai materi akademik, tetapi juga memiliki kemampuan seni, khususnya seni tari. Dalam satu semester, mahasiswa ditargetkan mampu menciptakan karya tari sederhana, mengajarkannya kepada anak-anak, hingga mementaskannya.
“Mahasiswa memiliki latar belakang kemampuan yang sangat beragam. Ada yang sudah punya pengalaman menari, tapi ada juga yang sama sekali belum pernah. Karena itu, mata kuliah ini dirancang agar mahasiswa tetap bisa berkarya dan percaya diri, meskipun pengalaman menarinya masih minim,” ujarnya di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (13/12/2025).
Baca Juga: Deretan Lagu Jadul Indonesia Hits Era 90-an yang Masih Didengar Hingga Kini
Tahun ini, 22 sekolah dasar yang sebelumnya menjadi lokasi Praktik Lapangan Terpadu (PLT) mahasiswa. Berbeda dengan konsep sebelumnya yang menampilkan mahasiswa sebagai penari, selama tiga tahun terakhir karya tari justru dipentaskan oleh anak-anak SD. Mahasiswa berperan sebagai pencipta karya sekaligus pengajar, sehingga tidak hanya belajar mencipta, tetapi juga mentransfer pengetahuan dan strategi pembelajaran seni kepada siswa.
“Tujuan akhirnya memang kembali ke anak-anak. Mahasiswa harus mampu membaca potensi siswa, mengolahnya, lalu mengembangkan menjadi karya yang bisa dipentaskan,” jelas Ika.
Gelar karya ini juga menjadi pengalaman berharga bagi siswa SD sebagai ruang berekspresi, berkreasi, dan menambah jam terbang tampil di panggung. Sementara bagi mahasiswa, proses ini menumbuhkan rasa percaya diri dan kesiapan menjalani peran sebagai guru.
Dalam gelaran tersebut, ragam karya tari ditampilkan tanpa batasan genre. Mahasiswa diberi kebebasan mengeksplorasi tari tradisional, modern, tari kreasi baru, bahkan memadukan unsur drama. Keberagaman latar belakang mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah menjadikan pertunjukan semakin kaya warna.
“Tidak harus tari daerah atau klasik. Justru semakin beragam, semakin indah. Kreativitas anak-anak SD juga luar biasa, sering kali hasil akhirnya jauh lebih menarik dari konsep awal,” tambahnya.
Melalui mata kuliah seni tari, mahasiswa PGSD semester tujuh diharapkan memiliki bekal keterampilan seni yang mendukung cita-cita mereka sebagai guru SD yang serba bisa, kreatif, dan mampu mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal. (*3)