Krjogja.com - YOGYA — Seniman dan desainer grafis Alex Pracaya menggelar pameran tunggal bertajuk “Ojo Urik” di Ndalem Langenkusumo, Yogyakarta, pada 16–20 Desember 2025.
Pameran ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi dan dibuka Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X dan Rektor UGM Prof Ova Emilia, sekaligus menjadi pameran tunggal perdana bagi Alex, setelah karya-karya poster dan ilustrasinya selama ini lebih banyak tampil dalam pameran dan seleksi internasional.
Baca Juga: MTsN 9 Bantul Awali ‘Class Meeting’ dengan Pentas Seni Tradisional
Secara harfiah, ungkapan Jawa ojo urik berarti “jangan curang”. Melalui pameran ini, Alex mengajak publik merefleksikan berbagai bentuk kecurangan kecil dalam kehidupan sehari-hari—mulai dari ingkar janji, godaan gratifikasi, hingga praktik manipulasi yang kerap dianggap sepele, namun berpotensi menjadi pintu masuk korupsi dalam skala lebih besar.
Alex Pracaya menyebutkan, pameran “Ojo Urik” menampilkan lebih dari 50 karya poster dan ilustrasi yang sebagian di antaranya pernah dipamerkan di sejumlah negara melalui pameran undangan.
“Karya-karya tersebut dikirim secara digital sehingga prosesnya lebih cair. Saya menggunakan bahasa dunia anak-anak untuk menyampaikan sindiran tentang kecurangan kecil dalam keseharian, sebagai pesan antikorupsi dengan pendekatan bahasa lokal,” ujar Alex.
Baca Juga: Pemkab Purworejo Dukung ISP Berlaga di Liga 4 Jateng
Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X menegaskan pentingnya ruang apresiasi bagi seniman agar karya-karya mereka dapat ditampilkan, diikuti, dan dihargai oleh publik.
Ia juga menilai Alex Pracaya—atau akrab disapa Alex Pra sebagai seniman yang konsisten menjaga integritas dalam berkarya. Menurutnya, Alex tidak sekadar mengikuti permintaan pasar, melainkan tetap menggambar sesuai idealisme dan kesukaannya sendiri, yang justru melahirkan karya-karya berkualitas.
Dari sisi kuratorial, pameran “Ojo Urik” disusun menyerupai lintasan cerita. Setiap panel dan poster menghadirkan humor, ironi, hingga kritik sosial yang tajam namun tetap komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh berbagai kalangan, termasuk generasi muda.
Pameran ini diharapkan menjadi ruang diskusi santai tentang nilai integritas, kejujuran, serta keberanian menolak praktik curang, baik dalam kehidupan sosial maupun birokrasi.
Selain pameran karya, “Ojo Urik” juga diramaikan dengan sejumlah program pendukung yang terbuka untuk umum. Di antaranya workshop dan talkshow bertema AI dan Seni yang membahas perjumpaan kecerdasan buatan dengan proses kreatif visual, dongeng dan lomba mewarnai anak untuk menanamkan nilai kejujuran sejak dini, pertunjukan drama Jawa, serta angkringan dan wedangan yang menghadirkan suasana khas Yogyakarta di area pameran.
Dengan rangkaian kegiatan tersebut, pameran ini diharapkan menjadi ruang pertemuan lintas kalangan, mulai dari pegiat seni, komunitas kreatif, keluarga, pelajar, hingga masyarakat umum yang tertarik pada isu antikorupsi dan perkembangan seni rupa kontemporer.
Alex Pracaya dikenal sebagai kartunis lepas dan desainer grafis yang bermukim di Yogyakarta. Pada awal 1990-an, ia pernah mengisi rubrik kartun di harian Jawa Pos, sebelum kemudian lebih menekuni desain logo, ilustrasi, dan pemetaan visual. Ia juga dikenal sebagai penggagas peta wisata Yogyakarta serta desainer grafis yang konsisten mengangkat budaya lokal.