Berebut Apem Saparan, Siapa Sebenarnya Ki Ageng Wonolelo?

Photo Author
- Minggu, 27 Agustus 2023 | 15:45 WIB
Masyarakat antusias berlomba -lomba mendapatkan apem Saparan Wonolelo ke-56  (Fira Nurfiani)
Masyarakat antusias berlomba -lomba mendapatkan apem Saparan Wonolelo ke-56 (Fira Nurfiani)

Krjogja.com, SLEMAN - Sebanyak 1,5 ton apem dan dua gunungan apem ludes disebarkan kepada masyarakat yang setia menanti di area Kompleks Makam Ki Ageng Wonolelo, Dusun Pondok Wonolelo, Kalurahan Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman pada Jumat sore (25/8/2023). Penyebaran apem yang terbuat dari kelapa dan tepung ketan ini menandai puncak Kirab Pusaka Saparan Ki Ageng Wonolelo ke-56.

Upacara tradisi ini digelar bertepatan dengan bulan sapar di minggu kedua selama 15 malam. Saparan Wonolelo ini pun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Domain Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-Perayaan pada 2018 lalu.

Ketua Trah Ki Ageng Wonolelo Kawit Sudiyono mengatakan kirab pusaka tersebut dibarengi kirab gunungan apem, bregada, tari-tarian dan fragmen dengan rute dari Masjid Ki Ageng Wonolelo menuju Makam Ki Ageng Wonolelo.

Baca Juga: Menentukan Hari Baik dengan Cara Menghitung Weton Jawa

Pelaksanaan tradisi ini guna memperingati, mengenang, sekaligus mendoakan pendiri Pondok Wonolelo dan tokoh penting yang telah menyebarkan ajaran Islam yaitu Ki Ageng Wonolelo.

"Upacara adat ini mampu mendukung Pondok Wonolelo sebagai desa wisata religius serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai pelaku ekonomi. Apem disebarkan dari atas menara dengan cara dilempar ke berbagai arah lalu ditangkap dan diperebutkan masyarakat," tuturnya.

Kawit menyatakan apem dipilih sebagai simbol sedekah sesuai oleh-oleh yang dipilih Ki Ageng Wonolelo usai menunaikan ibadah haji kala itu. Tradisi yang digelar sejak 11 hingga 26 Agustus 2023 ini diisi berbagai acara, seperti pengajian, festival apem, pentas seni, pasar malam dan sebagainya.

Baca Juga: Sepeda Gembira dan Lomba Mewarnai Peringati Lustrum ke-8 SPS UGM

"Apem berasal dari bahasa Arab yang berlafal Affum yang memiliki arti permintaan maaf. Maknanya kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tersebut tidak minta maaf," ujar Ketua Trah Ki Ageng Wonolelo, Kawit Sudiyono.

Lebih lanjut, Kawit menyampaikan baik apem gunungan dan apem yang disebarkan telah dibungkus plastik satu per satu dengan pertimbangan kesehatan. Sedangkan sebanyak 1,5 ton apem yang disebar merupakan buatan warga dari 12 RT setempat dimana setiap warga mengumpulkan 50 apem ditambah kiriman apem diluar trah yang juga dibungkus plastik.

"Trah atau keturunan Ki Ageng Wonolelo rutin menggelar tradisi ini setiap tahunnya Maknanya untuk mengenang jasa Ki Ageng Wonolelo yang menyebarkan Islam, mempererat silaturahmi baik sesama trah maupun lainnya dan menggerakkan perekonomian warga sekitar. Jadi disamping spiritual juga ada manfaatnya ekonominya," ungkap generasi kesembilan keturunan Ki Ageng Wonolelo ini.

Baca Juga: Begini Cara Menemukan Restoran Terdekat dengan Smartphone

Siapa sebenarnya Ki Ageng Wonolelo?

Ki Ageng Wonolelo atau Syekh Jumadigeno merupakan anak dari Syekh Khaki (Jumadil Qubro), cucu dari Pangeran Blancak Ngilo, dan cicit dari Prabu Brawijaya V.

Syekh Jumadigeno memiliki dua orang adik, yaitu Syekh Wasibageno dan Panembahan Bodo. Setelah memiliki ilmu yang cukup, beliau ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam hingga mendirikan pondok Wonolelo.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X