Krjogja.com - SRAGEN - DPRD Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyayangkan kasus perundungan siswi tak berhijab di SMAN 1 Sumberlawang dilaporkan kepolisian. Mestinya kasus ini bisa diselesaikan dengan cara duduk bersama pihak sekolah, guru, dan orang tua siswi.
Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jateng, Mukafi Fadli ditemui usai menjadi pembicara Seminar Kebangsaan, Civic Education, dan Cinta Tanah Air, di Gedung KPRI Krapyak Sragen, Jumat (11/11/2022), mengatakan, semua pihak harus arif dan bijaksana menyikapi masalah ini. "Saya rasa tidak perlu sampai ke ranah hukum, lapor ke polisi. Pihak sekolah harus secepatnya mengambil inisiatif mempertemukan guru dan orangtua siswi untuk penyelesaian secara kekeluargaan," ujarnya.
Wakil rakyat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menilai, apa yang disampaikan oleh guru adalah bentuk nasihat yang sebenarnya dalam Islam memang dianjurkan untuk menutup aurat. Apalagi yang diberi nasihat adalah juga pemeluk Islam. "Mestinya ini tidak jadi masalah karena tugas guru memang mendidik dan membimbing siswi. Kecuali kalau yang dinasihati adalah non muslim, tentu itu kesalahan," tandasnya.
Hanya saja, Mukafi menilai cara guru dalam menyampaikan nasihat mungkin kurang pas atau dinilai berlebihan. "Di era medsos seperti sekarang, apa-apa dengan gampang diviralkan. Padahal kami yakin niat guru baik, semua demi kebaikan siswi. Saya jadi ingat saat sekolah dulu, betapa guru-guru kita mendidik dengan keras, bahkan sampai dipukul kalau kita salah. Dan itu tidak pernah menjadi masalah, karen itu salah satu membangun mental dan karakter," tandasnya.
Mukafi mengaku akan mendesak Pemprov Jateng segera membuat guard atau batas-batas yang disepakati bersama sehingga tidak ada lagi masalah serupa di kemudian hari. Semua pihak, baik itu dinas pendidikan, kepela sekolah dan guru harus duduk bersama merancang aturan atau batasan dalam memberikan pembelajaran.
Sementara, kondisi siswi kelas X SMAN 1 Sumberlawang, Sragen, S (15) yang menjadi korban perundungan di sekolah karena tidak memakai hijbab kini merasa syok. Bahkan menurut sang ayah, Agung Purnomo (47), putrinya kini tak berani berangkat sekolah. "Kondisi anak sekarang nggak berani sekolah, karena merasa takut," katanya Jumat (11/11/2022).
Agung mengaku masih memberikan semangat berupa kata-kata motivasi kepada sang anak. "Saya tadi malam sampai jam 01.30 WIB, saya berusaha ayolah semangat, masa kita cemen, kayak gitu aja takut, buktikan kalau kalian tidak seperti itu dan kalian bisa melewati semua," ucapnya menirukan perkataan yang ditujukan kepada putrinya.
Sementara, S terus mendapatkan dukungan dari teman-teman sekelasnya yang mengirimkan surat-surat berisi kata-kata motivasi. Teman-teman sekelasnya berkirim surat agar S tidak pindah sekolah dan mau kembali ke sekolah lagi. (Sam)