Krjogja.com - KARANGANYAR - Penggunaan bakteri pengurai sampah menjadi alternatif solusi masalah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Sukosari .
Wakil Bupati Karanganyar, Rober Christanto mengatakan telah merekrut sukarelawan yang akan mengerjakan metode pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Sukosari Jumantono. Metode itu dinamakan fermentasi limbah organik dengan bantuan bakteri anaerob. Pemilahan sampah organik dan non organik harus ditempuh paling awal.
"Yang organik difermentasi. Waktu sampai terurai relatif cepat. Kemudian yang anorganik seperti plastik diproses menjadi briket dengan cara RDF (refused derived fuel)," katanya, Senin (17/10).
Hasil fermentasi dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Sedangkan briketnya untuk bahan bakar.
Rober mengatakan para sukarelawan dikoordinir Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Mereka dari latar belakang pegiat lingkungan yang sudah berpengalaman mengolah sampah menggunakan metode itu di sejumlah tempat pembuangan sementara (TPS) sampah.
Lebih lanjut Rober mengatakan, mesin pengolah sampah yang dihibahkan salah satu universitas di Ibu Kota, belum bisa digunakan. Universitas itu menjalin kerjasama pengabdian masyarakat dengan pemerintah Tiongkok.
"Masalahnya, ternyata hibahnya belum sah secara hukum. Masih menggantung. Jadi, pemkab belum berani memakainya. Padahal kita sudah bangunkan gudang untuk mesin itu. Instalasi listik juga. Bahkan beban listrik sudah kami bayar," katanya.
Sebagaimana diberitakan, TPA Sukosari Jumantono overload sampah. Sekitar 50 ton sampah yang masuk ke sana tiap hari hanya ditumpuk saja. Akibatnya, bukit sampah longsor ke areal pertanian milik warga. Aroma limbah juga mengganggu pernapasan warga sekitar. TPA itu sempat diblokade warga yang merasa dirugikan. (Lim