Bersumber Pancasila Semangat Gotong Royong Hadapi Pandemi

Photo Author
- Sabtu, 26 Juni 2021 | 11:25 WIB

SOLO, KRJOGJA.com- Lonjakan luar biasa kasus Covid-19 di Indonesia menjadikan keprihatinan tersendiri. Melonggarnya kewaspadaan masyarakat dalam mempraktikkan 3M membuat pandemi terjadi dalam beberapa gelombang.

Di antara faktor yang memperburuk, yakni rendahnya kesadaran terhadap resiko penularan Covid-19 atau bahkan ketidakpercayaan pada data ilmiah tentang virus corona dan penyebarannya. Adanya keyakinan bahwa persoalan hidup mati yang berkuasa mengatur hanyalah Tuhan dan tidak perlu mempraktikkan 3M sebagai ikhtiar menjaga kesehatan bersama adalah salah kaprah.

"Keyakinan yang keliru tapi diyakini banyak orang ini telah menciptakan dampak yang sangat merusak. Banyak yang tidak percaya ajakan 3M didasarkan pada data-data ilmiah," tegas Kepala BPIP Prof KH Yudian Wahyudi saat memberikan orasi ilmiah dalam Wisuda Periode III UNS, Sabtu (26/6/2021).

Karena itulah sambung mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan kepercayaan pada ilmu serta data ilmiah menjadi salah satu tantangan terbesar yang harus dijawab dunia pendidikan saat ini. Fakta tentang rendahnya kepercayaan pada sains di kalangan masyarakat dalam kasus Covid-19 harus diakui menunjukkan adanya kesenjangan antara dunia akademik dengan dunia sosial pada umumnya.

"Dunia akademik kerap sibuk berbicara dengan teori dan prosedur ilmiah yang sulit dijangkau nalar umum dengan spektrum waktu yang panjang. Sebaliknya, masyarakat awam cenderung berpikir sederhana, berorientasi praktis dan berbasis keseharian. Dengan pendekatan yang berbeda ini, keduanya seolah berjalan tanpa menyapa satu-sama lain," urainya.

Agar keduanya bertemu, Prof Yudian mengatakan penting kiranya melakukan reorientasi pemaknaan Tri Darma perguruan tinggi. Pandemi Covid-19 memberikan momentum untuk memikirkan ulang relasi antara sains, dunia akademik, masyarakat dan kemanusiaan. Dunia akademik dan pendidikan tinggi sudah memulai reorientasi dengan model pendidikan atau pembelajaran jarak jauh, yang sebelumnya sempat diperdebatkan keabsahannya sebelum pandemi.

Penelitian sebagai komponen Tri Dharma perguruan tinggi seyogyanya perlu mengalami reorientasi mulai dari tahap desain hingga diseminasi. Pada tahap desain, riset seyogyanya diarahkan pada topik-topik yang aktual dan relevan dengan penanganan pandemi masa sekarang. Pada tahap diseminasi, perlu kiranya mengaitkannya dengan tokoh dan kearifan lokal sebagai cara membingkai sains dalam konteks lokal. Tokoh dan kearifan lokal menjadi jembatan yang menghubungkan antara teori sains dan kondisi lokal, sehingga mudah diterima orang awam.

"Menjaga jarak bukan berarti soliter. Prokes yang berdampak disempurnakan dengan solider. Value-embeddedness dan gotong royong ini sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan Pancasila," tegasnya.

Ditegaskan lebih lanjut, dengan wawasan kebangsaan, seseorang akan meletakkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi/golongan. Integritas akan membantu melampaui riak-riak kepentingan sesaat yang mencelakai kemaslahatan publik.

"Etos, integritas, gotong royong, semua itu bahan revolusi mental yang sangat diperlukan untuk keluar dari krisis dan menjaga momentum Indonesia maju. Inilah yang disebut sebagai Pancasila dalam Tindakan. Pancasila yang bermula dari alam pikir dan bermuara dalam kehidupan sosial," ungkapnya. (Feb)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

KNPI Sragen Prihatin, Slogan Sragen The Land of Mendeman

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:10 WIB

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB
X