KARANGANYAR, KRJOGJA.com - Tingkat kematian pengidap TBC di Karanganyar tergolong tinggi. Pencegahan penyakit ini perlu disampaikan lebih intens.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Warsito mengatakan 17 penderita meninggal dunia pada 2019. Dengan memperhitungkan jumlah penderita mencapai 573 orang, maka tingkat kematiannya lebih dari 8 persen.
"Penderita TBC dan tingkat kematiannya cukup tinggi. Penyakit ini menular lewat droplet. Sama seperti Covid-19. Hanya saja TBC perlu pengobatan intensif. Sedangkan Covid-19 jika tak diobati namun kalau imun tubuh bagus, bisa sembuh sendiri," katanya usai Gerakan Masyarakat Advokasi Penanggulangan Tuberculosis di GOR RM Said, Jumat (6/11).
Model penanganan penyakit ini hampir sama dengan Covid-19, yakni pencegahan dengan 3 M sampai pengobatan dan isolasi mandiri. Adapun 3 M adalah mencuci tangan pakai air mengalir, mengenakan masker dan menjaga jarak.
"Seluruh pengobatan gratis selama enam bulan di 21 puskesmas. Dinas Kesehatan juga melakukan tracing kontak erat penyakit ini," lanjut Warsito.
Tracing TBC dilakukan oleh petugas puskesmas setempat. Saat ini tercatat 573 orang mengidapnya dan berpotensi menularkan ke orang lain.
Berdasarkan perhitungan Dinas Kesehatan, diperkirakan terdapat 1.600-an penderita TBC di Karanganyar. Karena baru menemukan 573 penderita atau setara 34 persennya, maka masih terdapat ratusan penderita belum terdeteksi. "Masih kurang 66 persen di luar sana yang belum terdeteksi. Ini tantangan bagi kita," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, tingkat kesembuhan TBC juga tinggi sekitar 98 persen. Kuncinya pada pengobatan teratur. Dibutuhkan penyemangat sembuh dan pendamping minum obat.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Purwati menambahkan pola hidup dan lingkungan menentukan kesembuhan pasien TBC. "Makan teratur dan sehat. Jaga lingkungan tetap bersih. Soalnya yang kotor-kotor jadi tempat bakteri Mycobacterium tuberculosis," katanya. (Lim)