SOLO, KRJOGJA.com - Menyusul bakal pasangan calon (paslon) dari jalur perseorangan, Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) ditetapkan lulus verifikasi faktual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo peta Pilkada Kota Solo semakin terkuak. Dipastikan ada dua pasangan yang bakal berkompetisi yakni bakal pasangan calon (paslon) dari jalur perseorangan, Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) melawan pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa (Giguh) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Menurut Diah Warih Anjari mantan bakal calon wakil walikota Solo yang akrab dipanggil DIWA, aura kepemimpinan Gibran, putra sulung Presiden Jokowi bertambah moncer. "Kerja- kerja sosial dan politik mas Gibran saat masyarakat Solo tengah dilanda derita Covid-19, nampak nyata dilakukan oleh mas Gibran. Hal itu yang menjadikan mas Gibran memiliki nilai lebih, baik dari segi elektabilitas maupun popularitas yang menjadikan masyarakat kota Solo ber empati dan bakal memilihnya nanti di Pilwakot Kota Solo 9 Desember 2020," ujar DIWA kepada wartawan di Posko Relawan Sahabat DIWA yang berlokasi di Jalan Tentara Pelajar, Cengklik, Banjarsari, Solo, Minggu (23/8/2020).
Sosok Gibran Rakabuming Raka yang lebih suka bekerja dan terus bekerja dari pada berbicara, menurut DIWA yang pernah menjadi Ketua Relawan Jokowi -Makruf, menjadikan kerinduan warga Solo saat Walikota Solo Jokowi yang memiliki tag line kerja, kerja, kerja kerinduannya terobati. "Warga Solo membutuhkan sosok pemimpin yang mau melayani, mengayomi dan pintar mengelola atau me manajemen pembangunan kota Solo baik sektor pemerintahan, perekonomian, pariwisata serta budaya. Dan itu sepertinya ada pada pasangan calon Walikota - calon Wawalikota Gibran-Teguh" papar DIWA.
Di sisi lain menurut analisa DIWA, di atas kertas, Gibran sangat berpeluang menang jika melihat sejarah yang menunjukkan, calon yang diusung PDIP di pilkada Solo tak pernah kalah. Ditambah dengan komposisi koalisi partai pengusung dan hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tidak masuk dalam barisan pendukung Gibran-Teguh.
Pintu alternatif calon penantang di Pilwalkot Solo dari partai tertutup karena kursi PKS di DPRD setempat tak cukup untuk mengusung paslon. Sementara, jika berkoalisi, partai-partai lain sudah berada di koalisi PDIP.
Bahkan, kata DIWA, PDIP sudah meyakini akan memenangkan Pilwakot Solo. Hal itu dilihat dari target pasangan Gibran-Teguh adalah mengantongi perolehan suara di atas 80 persen, bukan lagi menang atau kalah. "Itu mungkin bisa tercapai ketimbang dengan kotak kosong, karena mengalahkan calon dari perorangan itu jauh lebih mudah," tutur DIWA.
Alasannya, pasangan Bajo bukan calon yang cukup mengakar di masyarakat Solo. Bagjo-Supardjo hanya hadir saat agenda Pilkada dan tidak ada rekam jejak keduanya terlibat dalam kegiatan politik, sosial, maupun budaya yang menarik perhatikan masyarakat atau pemilih.
"Di depan warga, Mas Gibran ini memilih lebih banyak diam, tidak perlu mengobral janji, melainkan lebih suka mendengarkan apa yang menjadikan keluhannya warga sekaligus mencarikan solusi jalan keluarnya yang terbaik," pungkas DIWA. (Hwa).