KARANGANYAR, KRJOGJA.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Karanganyar berencana mempersempit wilayah zona 1 Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMP. Konsep ini berkonsekuensi muncul gejolak dari orangtua calon murid yang semua mengandalkan cakupan awal zonasi 1.
“Berdasarkan usulan dari DPRD, zona 1 dipersempit untuk mengakomodir peluang pendaftar dari zona 2. Dulu, zona 1 diprioritaskan penduduk di RW sekitar sekolah. Namun rencananya nanti, lebih sempit di tingkat RT sekeliling sekolah,†kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Karanganyar, Tarsa usai pembahasan PPDB SMP tahun 2019/2020 di gedung DPRD Karanganyar, Senin (17/6).
Pembahasan itu dilaksanakan usai geger jelang pembukaan PPDB SMP offline pada 13-18 Juni lalu. Ratusan orangtua calon murid bermalam di halaman sekolah untuk menunggu loket pendaftaran dibuka. Mereka mengira aturan ‘siapa cepat dia dapat’ diberlakukan pihak sekolah bagi calon murid di zona 2. Sebagai informasi, zona 2 diperuntukkan calon murid di wilayah kecamatan sekolah idaman setelah radius zona 1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan langsung menerbitkan surat pemberitahuan PPDB diundur 1-4 Juli dari semula 13-18 Juni. Sistem offline juga berganti online supaya memudahkan cara mendaftar.
Tarsa memprediksi orangtua calon murid yang mengandalkan zona 1 lingkup RW bakal kelabakan jika zonanya dipersempit. Kesempatan langsung diterima sekolah bakal lepas karena harus berkompetisi dengan calon murid lain di zona 2. Ia khawatir penerapannya bakal menimbulkan protes.
“Sekolah tetap butuh murid. Jika dipersempit ternyata kuota zona 1 kurang, maka bisa dilebarkan lagi sampai minimal 90 persen kuota terpenuhi,†katanya.
Ia mengatakan, seleksi di zona 2, 3 maupun 4 didasarkan radius domisili, nilai UASBN dan prestasi.  “Prestasi itu adalah nilai UN dan piagam yang relevan. Tapi dipilih salah satu yang tertinggi,†katanya.
Terkait pelaksanaan PPDB SMP pada 1-4 Juli mendatang, Disdikbud menerapkan sistem online di 46 sekolah. Sedangkan lima lagi offline. Minat bersekolah di pelosok mendasarinya. “Lima SMP bersistem offline untuk PPDB karena lokasinya di pelosok. Malah membebani jika memakai online. Peminat sekolah di sana juga tidak seperti di kota. Dengan offline pun, bisa diatasi panitia sekolah,†kata Tarsa. (Lim)