KARANGANYAR, KRJOGJA.com - Sebanyak 177 pemerintah desa/kelurahan diajak berkomitmen tuntas sampah secara mandiri. Sebab, hanya itu satu-satunya cara mengatasi limbah rumah tangga.
“Tempat pembuangan akhir (TPA) Sukosari, Jumantono akan overload satu tahun ke depan jika sampah hanya dibuang di sana tanpa pengolahan di hulu. Perlu penanganan terpadu, supaya sampah tidak hanya dibuang, namun diolah dulu,†kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Edy Yusworo kepada wartawan usai pernyataan komitmen bersama desa/kelurahan tuntas sampah mandiri di gedung DPRD Karanganyar, Kamis (4/3).
TPA Sukosari, Jumantono kini bersisa 2 hektare saja untuk menampung sampah, dari total luas 4,3 hektare. Sistem pengolahan sanitary landfill
belum diterapkan utuh. Tiap hari, TPA ini menerima 160 ton sampah yang belum dipilah maupun diolah sama sekali setiap hari. Sampah tersebut berasal dari wilayah perkotaan seperti Colomadu, Jaten, Tasikmadu, Kebakkramat, Gondangrejo, Karanganyar Kota dan Tawangmangu.
Ia mengatakan, berbagai tawaran kerjasama swasta untuk mengolah sampah di TPA tak kunjung jelas. Para calon investor itu juga mempresentasikan teknologinya. Namun, belum satupun dianggap serius.
“Intinya harus ada pengurangan an pemanfaatan kembali. Yang masuk di TPA itu 70 persen sampah rumah tangga. Sedangkan 30 persennya itu yang diolah atau malah tidak terangkut,†katanya.
Bupati Karanganyar, Juliyatmono mendorong pemerintah desa/kelurahan bersama stakeholdernya untuk mencari teknologi sederhana pengolahan sampah. Teknologi itu diharapkan efektif. “Beda desa, beda caranya menyikapi sampah. Yang anorganik didaur ulang. Harapannya, ke depan bisa kompak antara korporasi yang membantu desa/kelurahan dalam mengatasi masalah sampah,†katanya. (Lim)