SOLO, KRJOGJA.com - Para perupa di Kota Solo mendambakan atmosfer senirupa yang bergairah seperti yang ada di Yogyakarta. Â Hal ini diungkapkan Edi Rachmadi, Ketua Keluarga Alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di sela "Reuni dan Pameran Sketsa Bersama" dalam rangka kumpul bareng "Balik Kampus Temu Kanca", di kampus FSRD Kentingan, Senin (19/11).
Dambaan Edi Rachmadi berdasar dari pengalaman di era 60-an ketika itu dunia seni rupa di Solo bergairah dengan adanya Himpunan Budaya Surakarta (HBS) sampai era 80-an marak dengan pameran karya senirupa di antaranya di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT). Belakangan ini kondiainya seperti "mati suri".Â
Menurutnya, dari sisi komunitas yang mendukung atmosfer berkesenian di Yogyakarta saat ini sudah seperti Bali. Berkesenian di kalangan masyarakat Yogyakarta sudah menjadi bagian dari diri mereka. Kita mendambakan hal itu juga menarik perupa di Solo. Sehingga ke depan perupa Solo tidak mengikutkan karya-karyanya dengan komunitas perupa di kota lain.
Dari sisi kebijakan pemerintah dan perusahaan dalam mensponsori kegiatan kesenian di Kota Solo, Edi menilai masih kurang. Sedangkan jumlah kurator juga tidak banyak, di antara Prof Dr Narsen Afatara dan seniman Bonyong. Untuk membangun atmosfer di Solo perlu keberanian dan seniman. Karena ada potensi pendukung, seperti ruang pamer di Balai Sudjatmoko atau di TBJT. (Qom)