SOLO, KRJOGJA.com - Ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) Sunday Market menggelar aksi protes penutupan pasar tiban setiap hari Minggu pagi di kawasan Stadion Manahan ini. Mereka bersiap ditata ulang, termasuk tidak menggelar dagangan untuk sementara waktu terkait dengan revitalisasi Stadion Manahan menjadi Gelora Bung Karno (GBK) mini, namun bukan penutupan Sunday Market untuk selamanya.
Ketua Serikat Pedagang Minggu Pagi Manahan (SPMPM), Joko Santoso saat aksi di depan Balaikota, Jumat (07/09/2018) mengungkapkan penutupan Sunday Market untuk selamanya bukan sebagai keputusan bijaksana.Â
Demikian pula pemindahan tempat berdagang ke arena Solo Car Free Day (SCFD), bulan solusi terbaik, sebab mereka telah berdagang di kawasan Stadion Manahan sejak belasan tahun lalu. Selain itu, durasi berdagang di arena SCFD mulai pukul 05.00 hingga 09.00, relatif terbatas di banding Sunday Market Stadion Manahan yang berlangsung mulai pukul 05.00 hingga 11.00.Â
Dengan durasi berdagang yang hanya empat jam, menurut Joko, secara riil efektif hanya sekitar satu hingga dua jam, sebab konsumen biasanya mulai menghampiri lapak PKL antara pukul 07.00 hingga 08.00. "Kalau kita hanya berdagang selama satu atau dua jam, lalu akan memperoleh apa," ujarnya sembari berkilah, padahal berjualan setiap hari Minggu pagi ini sebagai tumpuan ekonomi keluarga.
Kendati begitu, dia meminta pedagang untuk sementara waktu mengikuti kebijakan yang diterbitkan Pemkot Solo, untuk tidak berdagang di kawasan Stadion Manahan mulai Minggu (9/9), dan beralih ke arena SCFD, hingga revitalisasi Stadion Manahan selesai. Selama berdagang di SCFD, tegas Joko, pedagang diminta tetap merapatkan barisan, menolak penutupan Sunday Market untuk selama-lamanya. Artinya, setelah revitalisasi Stadion Manahan rampung, Sunday Market dioperasikan kembali. (Hut)