SOLO (KRjogja.com) - Indonesia ingin menjadi pelopor dalam mempromisikan Wasatiyyat Islam (berdasarkan prinsip rahmatalillamin) di dunia. Keinginan itu akan dimulai dari Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) ulama dan cendikiawan muslim dunia tentang Wasatiyyat Islam yang berlangsung di Bogor 1-3 Mei.
KTT akan dihadiri 50 ulama dan cendikiawan muslim dunia, serta 50 ulama dan cendikiawan muslim Indonedia, jelas Prof Dr Din Syamsuddin, Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama antar Agama dan Peradaban kepada wartawan di sela Simposium Wasatiyyat Islam untuk peradaban dunia di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (23/4).
Dijelaskan, Wasatiyyat Islam yang diinginkan lebih mengarah ke dunia luar. Untuk menuju ke sana, lanjut Din Indonesia lebih dulu memulai. "Kita dari dalam negeri harus mulai yaitu memantapkan pemahaman dan pengamalan Wasatiyyat Islam dalam kehidupan di Indonesia," jelasnya.
Itulah Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama antar Agama dan Peradaban akan mengadakan KTT ulama dan cendikiawan muslim dunia. Sebelumnya telah disusun konsep "Wasatiyyat Islam untuk peradaban Dunia: konsep dan implementasi." Konsep ini telah digodok dalam sejumlah halaqoh dan dimatangkan dalam dua simposium, salah satunya di UMS.
Penyusunan konsep Wasatiyyat Islam melibatkan banyak pihak. Jadi tidak hanya dari kalangan Muhammadiyah. Tapi ada dari Nahdatul Ulama, MUI dan kalangan cendikiawan muslim. Untuk steering Commite dipercayakan kepada Prof Dr Azzumardi Azzra. Konsep itu diharapkan diterima di KTT dan menjadi Risalah Bogor yang bisa menjadi solusi dunia.
"Jadi pesan Bogor itu sangat kita tunggu," kata Din.Â
Dalam Wasatiyyat Islam, Indonesia bukan pendatang baru. Mengingat terakhir ini sempat dituduh negara yang andil dalam teroris dan radikalisme, maka sekaranglah waktunya menjadi pelopor Wasatiyyat Islam. (Qom)