Pentaskan Wayang Suluh, 'Dalang Cilik' Ki Gibran Tuai Pujian

Photo Author
- Selasa, 28 November 2017 | 12:31 WIB

MENYANDANG sebutan ki dalang di usia belia melecut semangat Gibran Maheswara (6) terus berlatih mendalang. Bocah ini tidak hanya menyelami karakter wayang tradisi, namun juga aneka tokoh wayang suluh.  

Di lapangan Desa Segorogunung, Ngargoyoso, Senin (27/11), KR berkesempatan menyaksikan pentas wayang suluh lakon Kampung Antimiras. Ki Gibran Maheswara tampak menggemaskan mengenakan seragam polisi kecil (pocil). Ia mengeluarkan bilah-bilah wayang di sebuah kotak yang penuh dengan karakter wayang suluh seperti Bupati Juliyatmono dan Rohadi Widodo berseragam resmi serta Kapolres AKBP Henik Maryanto dan Kasatbinmas AKP Suwarsi. Wayang suluh adalah wayang yang terbuat dari bahan kulit atau lainnya berbentuk replika manusia biasa.

Diceritakan, kondisi sebuah desa yang dilanda kemaksiatan akibat warganya gemar mabuk-mabukan. Kemudian hadir para tokoh masyarakat dari pemerintah daerah dan kepolisian, mengingatkan segera menghentikan aktivitas tak terpuji itu. Putra tunggal pasangan Agus Setiawan dan Fitri Handayani itu jago menyuarakan berbeda tiap karakter dan sesekali memasukkan guyon sampai membuat penonton terpingkal. Riuh tepuk tangan warga Desa Segorogunung menjadi pamungkas pentas berdurasi 20 menit itu.

Ki Gibran tidak sendiri mendalang, karena ditemani teman-teman sebayanya selaku pemain karawitan dan mentornya, Mijiono dari Sanggar Seni Sarotama, Ngringo, Jaten. “Anak saya ini belajar mendalang sejak usia 3 tahun. Sepekan sekali ikut di sanggar. Darah seni mengalir dari almarhum kakeknya yang juga dalang kondang asal Ngawi, ki Mitro,” kata Agus, ayahanda Gibran.

Dari semula pentas wayang putranya itu diunggah di sosial media, hingga banyak yang tertarik mengundangnya. Termasuk beberapa program talkshow di stasiun TV nasional. Agus mengatakan putranya itu pandai menghafal dialog. Untuk pentas wayang kulit berlakon konvensional, Gibran sudah tak perlu dipandu para mentor yang biasanya berada di belakang layar. Namun untuk pentas wayang suluh, banyak karakter baru dikenalnya sehingga butuh panduan.

“Berlatih sepekan sebelum pentas wayang suluh dengan lakon Kampung Antimiras,” katanya.

Kepada sang ayah, Gibran mengatakan ingin menjadi dalang profesional. Meski, orangtuanya membebaskan ia memilih cita-cita. “Saat dewasa kelak tidak harus menjadi dalang. Yang penting berbudi pekerti baik. Itu yang selalu diajarkan di sanggar seni. Banyak hal positif dipelajari dari wayang,” katanya. (Abdul Alim)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

KNPI Sragen Prihatin, Slogan Sragen The Land of Mendeman

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:10 WIB

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB
X