SOLO, KRJOGJA.com - Sebanyak 1.018 guru dan kepala sekolah dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjalani tes urine yang digelar Pemerintah Koa (Pemkot) Solo secara mendadak di Balaikota, Senin (14/08/2017). Para tenaga pengajar itu dikirim undangan untuk datang ke Balaikota pada hari dan jam yang ditentukan tanpa menyebut agenda acara.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik), Etty Retnowati mengungkapkan, tes urine memang dilakukan secara rahasia dan mendadak untuk memastikan efektivitas pelaksanaan deteksi penggunaan narkoba tersebut. Para guru dan kepala sekolah pada umumnya mengetahui perihal tes urine ketika berada di Balaikota, mereka juga diwajibkan mengisi absensi sehingga tidak satu orang guru atau kepala sekolah menghindar dari tes urine tersebut.
Meski begitu ia berharap hasil tes urine mengindikasikan seluruh tenaga pengajar terbebas dari narkoba. Sejauh ini memang belum pernah terjadi guru atau kepala sekolah di lingkungan Pemkot Solo, tersandung kasus narkoba. "Harapannya semua baik-baik saja," ujarnya.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M), Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah, Susanto mengungkapkan tes urine bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkot Solo tercatat ke empat kalinya dan digelar secara rahasia dan mendadak. Pilihan hari pelaksanaan tes urine sengaja jatuh pada Senin dengan pertimbangan jika mereka mengkonsumsi narkoba pada malam Minggu yang diduga sebagai saat rawan, masih dapat terdeteksi.
Terkait jumlah peserta tes urine yang mencapai 1.018 orang, Susanto mengapresiasi langkah Pemkot Solo untuk memastikan seluruh ASN terbebas dari narkoba. Seluruh biaya tes urine, jelasnya, ditanggung Pemkot Solo, sedangkan BNN sekadar membantu pelaksanaan, serta melakukan tindakan lebih lanjut jika menemui ASN terindikasi mengkonsumsi narkoba. (Hut)