SOLO (KRjogja.com) - Terjadinya perubahan iklim global membuat pranata mangsa pertanian tidak bisa lagi dijadikan patokan petani dalam bercocok tanam. Selanjutnya para petani harus melakukan adaptasi pada kalender tanam yang dikeluarkan Kementerian Pertanian.
"Pranata mangsa yang selama ini dijadikan patokan para petani sudah tidak cocok lagi. Jadi pranata mangsa harus ditinggalkan," jelas Dr Sugihardjo, staf pengajar Fakuktas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo usai meraih gelar doktor dari program pascasarjana, Rabu (04/01).
Sementara ini pranata mangsa masih dijadikan patokan petani di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Cemoro di Kabupaten Boyolali, Karanganyar dan Sragen. Dr Sugihardjo mengatakan untuk merubah petani beradaptasi pada kalender tanam tidak mudah. "Karena petani di sana masuk generasi tua."
Perubahan iklim global jika tidak diantisipasi secara tepat berakibat tanaman tidak tumbuh baik. Padahal perubahan iklim akan terus terjadi. Bagi petani yang berada di DAS Cemoro dituntut mudah beradaptasi terhadap iklim. Karena di sepanjang DAS itu tidak ada irigasi teknis.
Petani harus berpegang pada kalender tanam. Dari kalender ini, lanjutnya, sudah ada patokan kapan musim hujan akan turun dan kapan mulai tanam. Begitu juga pilihan kualitas varietas bibit padi sudah disampaikan. Untuk merubah kebiasaan petani yang berpegang pranata mangsa ke kalender tanam harus melibatkan penyuluh dan Sekolah Lapangan Iklim. (Qom)