PEMBEBASAN lahan dan cuaca yang terus diguyur hujan menjadi permasalahan yang paling menonjol dalam pengerjakan proyek jalan tol Solo-Ngawi-Kertasono sepanjang 177 Km. Dua hal itulah yang berpotensi mengganggu penyelesaian proyek jalan trans Jawa yang kini terus dikebut pengerjaannya.
Untuk ruas tertentu yang sudah selesai pengerjaannya bisa dibuka lebih awal. Misalnya ruas Solo-Sragen yang kini hampir 100 persen terkoneksi, pada April 2017 sudah bisa dibuka. Ini lebih cepat dua bulan dari yang ditargetkan. Asal pembebasan tanah bisa rampung pada Akhir 2016. Masih ada sekitar 8,6 persen lahan yang pembebasannya belum tuntas.
Itu diantatanya disebabkan adanya perubahan desain pekerjaan karena harus menyesuaikan permintaan warga. Ada warga desa yang menolak over-pass dan minta dirubah menjadi under-pass. Kemudian ada yang ingin over-pass tidak terlalu menanjak. Dengan alasan warga desa masih banyak yang menggunakan sepeda onthel.
"Merobah over-pass menjadi landai tentu membutuhkan tambahan lahan baru. Nah inilah yang sekarang kami kejar agar akhir Desember bisa tuntas pembebasanya. Jadi masih ada sisa beberapa hari," kata Rezza Irawan penanggungjawab Solo-Sragen-Mantingan yang dibenarkan Aryo Gunanto, General Manajer Teknik PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) di ruas tol Solo-Sragen, pekan lalu.
Sementara kondisi persoalan di proyek jalan tol Sragen-Ngawi-Kertosono lebih pelik lagi. Pihak PT SNJ maupun PT Ngawi Kertosono Jaya (SKJ) kadang masih dihadapkan demo warga. Ada lokasi yang sama sekali belum bebas berupa sawah maupun permukiman. Misalnya di Kedung Prau yang masih ada 56 Kepala Keluarga (KK) yang menolak ganti rugi. Mereka berada di lokasi jalan utama tol.
"Lahan-lahan yang belum bebas itu mengunci pekerjaan kami. Mobilisasi alat berat yang kami gunakan menjadi sulit," jelas Luki dan Andesit yang menangani Sragen-Ngawi. Supaya pelaksanaan yang lain tetap jalan, pihak proyek harus menyewa lahan warga yang belum bebas. Lahan sewaan tersebut untuk membuka akses agar alat berat bisa tetap beroperasi baik saat mengangkut material atau membuang tanah hitam.
Aryo Gunanto optimis pembebasan tanah di lokasi tol Solo-Kertosono bisa rampung karena ditangani panitia yang melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota. Selain menyelesaikan tanah milik warga juga ada sejumlah tanah kas desa. Sementara untuk menghadapi cuaca cerah hanya 30 persen dan lainnya hujan menuntut kerja keras untuk menuntaskan jalan trans Jawa ini. (Qomarul Hadi)