SRAGEN (KRjogja.com) - Pemudik yang akan kembali ke perantauan mulai berburu makanan tradisional khas Sragen untuk oleh-oleh. Salah satu favorit pemudik adalah jenang Mbah Rajak yang diproduksi di Kampung Cantel Wetan, Sragen.
Sudah lebih dari 40 tahun jenang Mbah Rajak diproduksi turun temurun dengan bermacam varian seperti jenang, krasikan, wajik, serta jadah. Keistimewaan dari makanan ini adalah rasanya yang khas dan mampu bertahan hingga 2 minggu. Tidak hanya di dalam negeri, jenang asli Sragen ini bahkan sudah sampai ke mancanegara seperti Arab, Hongkong dan Malaysia karena dibawa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Sragen. Untuk pemasaran, selain membuka kios di rumah juga dijual di Pasar Bunder Sragen.
Usaha jenang Mbah Rajak ini sudah dimulai sekitar tahun 1965. Saat itu jenang olahan dijual dengan cara berkeliling sampai ke pelosok Sragen. "Dulu saya bersama Mbah Rajak keliling untuk menjual jenang. Hingga akhirnya warga Sragen kenal dan suka dengan jenang yang kami buat," ujar Renuk (57) anak dari Mbah Rajak, Senin (11/07/2016).
Menurut Renuk, setiap hari dirinya mampu menghabiskan setengah kuintal beras ketan untuk membuat jenang. Sedang saat Lebaran seperti sekarang, produksinya melonjak hingga dua kali lipat. Pembuatan jadah diawali dengan merendam beras ketan yang menjadi bahan dasar pembuatan beragam jenang tersebut. Kemudian beras ketan dikukus hingga setengah matang, lalu didiamkan sambil diaduk. (Sam)