KRjogja.com, KARANGANYAR - Model pemakaian air oleh masyarakat di area sumber mata air perlu diperbaiki agar pemanfaatannya efisien. Monopoli sumber air bukan cara bijak di tengah krisis sumber daya.
Hal itu disampaikan Dirut PUDAM Tirta Lawu, Prihanto kepada wartawan di sela penyampaian progres usahanya tahun 2023 di kantornya, Rabu sore (28/12).
Ia berencana mengumpulkan kepala desa yang wilayahnya memiliki mata air reservoir dan sumur dalam. Mereka akan diberi pemahaman mengenai tata kelola air dan menjauhkan dari monopoli.
"Orang cenderung ketakutan kehilangan air. Padahal sebenarnya, air yang dibutuhkannya tak sebanyak itu. Tapi tetap saja dialirkan. Alhasil sisanya terbuang sia-sia. Ini yang sering terjadi di area sumber mata air dan sumur dalam," kata Prihanto.
Ia menyebut pentingnya keran yang dianalogi sistem sederhana pengendalian air. Setelah cukup memakainya, keran menutup aliran air untuk dicadangkan agar bisa dipakai lagi saat dibutuhkan.
Materi tentang pemanfaatan air secara bijak akan disampaikan ke 35 kepala desa di Semarang pada pertengahan Januari 2024. Forum groub discussion terhadap para pemangku wilayah itu diharapkan mengikis monopoli air dan beralih memeratakannya secara adil.
Baca Juga: Puskesmas Imogiri 1 Wisuda Sekolah Lansia, Langkah Strategis Meningkatkan Kualitas Hidup
"Di tiap desa diundang dua orang perwakilan kelompok masyarakat. Ditata sehingga pemanfaatan air lebih baik. Termasuk Pamsimasnya. Sarana pamsimas yang dikelola tidak tepat, biasanya alirannya mati setelah dua atau tiga tahun pemakaian," katanya.
Sementara itu PUDAM Tirta Lawu berencana menyalurkan CSR untuk penghijauan Gunung Lawu pasca karhutla. Lima jenis tumbuhan akan ditanam di satu petak lokasi hutan lindung lawu. (Lim)