PEMENTASAN teater tari bertajuk 'The Wounded Cuts', akan digelar di Rumah Banjarsari Jalan Syamsurizal, Surakarta, Sabtu 22 Juni 2024, mulai 20.00 WIB, terbuka untuk umum. Tim artistik pentas teater tari berduarsi 35 menit tersebut, penggagas cerita dan sutradara karya Whani Darmawan, didukung penari Danang Pamungkas dan Dewi Galuh Sinta Sari.
Kemudian ilmustrasi musik ditangani Rio Murti dan Iwan Karak, video kreatif Satrio Panji, tata lampu Surakartans Lighting & Art Kleb, dan Direktur Artistik oleh Yayan Zanudhimas. Pimpinan produksi oleh Direktur Rumah Banjarsari, Zen Zulkarnaen, manajemen administrasi oleh Gita Prabawitha dan Fajar Prastiyani.
Apakah The Wounded Cuts itu?. Pada tahun 1991 Whani Darmawan menulis sebuah lakon berjudul ‘Luka-luka yang Terluka. Mengenai cerita ’Luka-luka yang Terluka' ini, bercerita tentang dua sosok dalam naskah tersebut bernama Mak Gerabik dan Mak Gerabuk yang berprofesi penarik gerobak sampah.
Meski dituliskan demikian namun naskah yang ditulis oleh Whani, aktor pemenang piala Citra 2019, kategori the best suporting actor ini, bukanlah naskah realis linier. Naskah ini bergaya absurd dengan penulisan dialog model melompat dari satu nilai ke nilai lainnya. Hanya saja, jika dicermati intisari dari cerita ini adalah soal refleksi pencarian jatidiri dan identitas manusia sejak di masa tercipta secara spiritual hingga memasuki dunia sosiomaterial yang saling tarik menarik dengan paradigma spiritualitas itu sendiri.
Citraaan pikiran penulis melalui kalimat-kalimat dua tokoh tersebut, sangat terasa sekali. Secara singkat boleh dikatakan bahwa 'Luka-luka Yang Terluka' ini, sandiwara menampilkan tokoh tanpa karakter dalam pemahaman dramaturgis yang linier. "Kemudian menariknya menyimak lakon 'Luka-luka Yang terluka' ini, terletak pada permenungan kalimat-kalimatnya, eksplorasi bentuk dan iramanya. Justru karena keunikan lakon ini, ia bisa dibebaskan dari pemaknaan tunggal," papar Whani.
Dikatakan Whani, sejak ditulis naskah itu telah banyak dimainkan oleh mahasiswa seni maupun kelompok seni pada umumnya di berbagai daerah Yogya, Sala, Surabaya, Bali, Bandung. Pada tahun 1998 naskah ini, dirangkum menjadi sebuah buku analisa dan jejak perkembangan lakon yang ditulis oleh Eko 'Ompong' Santosa yang kala itu diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.
Buku tersebut, lahir dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Demikian pula, dengan lakon di dalamnya mengalami transformasi bahasa. Sehingga, judulnya disesuaikan menjadi 'The Wounded Cuts'. Pentas teater tari dengan judul versi Inggris inilah yang kemudian dipakai sebagai tajuk pementasan sekarang yang diproduksi oleh Rumah Banjarsari.
Kemudian acara Teras Publik, juga di pelataran Rumah Banjarsari sebagai pra acara pementasan. Teras Publik tersebut, akan menggelar berbagai karya sen, diharapkan menjadi interaktif antara kreator dengan kreator. Antara kreator dan komunikannya.
Acara Teras Publik akan berlangsung dari pukul 16.00-22.00 WIB, dengan catatan off sound pada saat acara utama yakni pentas teater berlangsung. Mereka yang ikut terlibat dalam teras publik tersebut adalah Lila Noviastantri, lahir di Yogyakarta, 20 November. "Lila, seorang penulis muda. Pada tahun 2019 mengeluarkan sebuah buku berjudul 55281 Sebuah Antologi yang berisi 12 cerita pendek hasil dari perjalanan-perjalanan kecilnya," kata Whani. (Khocil Birawa)