KRjogja.com - SOLO - Dr Eddy Purwanto menyatakan masyarakat kita dalam membangun rumah rata-rata tidak tahan gempa. Itu akibat masyarakat dalam membuat bangunan yang mengadopsi beton bertulang tidak mengetahui kualitas bahan, disamping buruknya dalam pengerjaannya.
"Jadi kualitas mutu beton sangat jelek maupun pengerjaannya, sehingga mengalami kerentanan terhadap bahaya gempa bumi," jelas Eddy usai meraih gelar doktor program studi doktor ilmu teknik sipil dalam ujian terbuka di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (30/7).
Menurutnya, sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita dalam membangun rumah tidak tahan gempa. Dihitung jumlahnya sangat besar, itu terbukti ketika ada gempa pada roboh. Masyarakat belum paham membangun rumah yang aman terhadap goncangan gempa.
Penelitian Dr Eddy mencatat tentang mutu beton rata-rata mencapai 20-25 persen dari yang disyaratkan. Detail tulangannya juga tidak benar, meskipun aturan yang mengatur bangunan tahan gempa sudah ada sejak 1993.
"Aturan sudah ada, namun implementasi dan pengawasan lemah ditambah pendampingan tenaga konstruksi sangat minim. Jadi dalam membangun rumah hanya mengandalkan kebiasaan yang sudah ada di masyarakat. Ia melakukan penelitian di Pacitan yang berpotensi gempa megatrust sangat besar disamping Magetan, Solo dan sekitarnya serta Pantura.
"Dalam penelitian saya fokus di bagian Selatan dari Banyuwangi sampai Pacitan," tambah Eddy. Dalam ujian yang dipimpin dekan Dr Sholihin As'ad ia lulus sangat memuaskan dengan IP 4.0. (Qom)