SOLO, KRjogja.com – Indonesia masih menghadapi risiko tinggi akibat bencana alam meskipun telah mengalami berbagai kejadian selama ratusan tahun. Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Muzakar Isa, SE, MSi, dalam pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Selasa (25/2).
Menurut Prof. Isa, pengurangan risiko bencana di Indonesia masih belum optimal, meskipun negara ini telah menghadapi 49.300 kali bencana antara tahun 1815 hingga 2025, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Kami melihat pengurangan risiko di Indonesia masih belum maksimal. Meskipun kita sudah mengalami ratusan bencana, namun tingkat risikonya tetap tinggi," ungkapnya.
Banjir Jadi Bencana Paling Sering Terjadi
Data BNPB 2025 menunjukkan bahwa dari total 49.300 bencana, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi, yakni sebanyak 16.939 kejadian. Disusul oleh gelombang pasang (26,93%), tanah longsor (19,51%), kebakaran (11,12%), kekeringan (6,45%), gempa bumi (1,08%), tsunami (0,05%), dan erupsi gunung berapi (0,46%).
Dari sisi wilayah, Jawa Tengah menjadi provinsi yang paling banyak mengalami bencana dengan 9.395 kejadian atau 19,06% dari total bencana di Indonesia.
Penguatan Kelembagaan Jadi Kunci Pengurangan Risiko
Prof. Isa menekankan bahwa untuk menekan tingginya risiko bencana, diperlukan penguatan kelembagaan yang lebih kuat dan koordinasi yang lebih baik antar pemangku kepentingan.
"Sayangnya, koordinasi dan sinergi antara berbagai stakeholder masih lemah. Banyak upaya yang dilakukan secara parsial dan tidak berkelanjutan," ujarnya.
Ia juga menyebut bahwa pengurangan risiko bencana harus dilakukan secara menyeluruh, melibatkan berbagai pihak mulai dari pemerintah, akademisi, hingga masyarakat.
Pengukuhan Prof. Muzakar Isa sebagai Guru Besar dilakukan bersamaan dengan Prof. Dr. Jati Waskito, dalam acara yang dipimpin oleh Rektor UMS, Prof. Dr. Sofyan Anif, MSi.
(Qom)