KRjogja.com - SOLO - Pertumbuhan industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) menuntut perusahaan untuk semakin tanggap terhadap risiko ekologis.
Dengan kontribusi 85 persen terhadap konsumsi minuman ringan nasional, industri AMDK berada pada posisi strategis sekaligus rawan terhadap masalah lingkungan. AQUA menegaskan komitmennya menjaga keberlanjutan sumber air melalui konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan penguatan tata kelola lingkungan.
Meski konsumsi air industri AMDK hanya kurang dari 1 persen dari total potensi air nasional yang mencapai 2,78 triliun meter kubik per tahun, penggunaan air pada wilayah tertentu dapat membawa risiko jika tidak dikelola baik. Air merupakan sumber kehidupan sekaligus pilar penting bagi keberlangsungan industri, terutama bagi produsen yang mengandalkan sumber air pegunungan seperti AQUA. Ketergantungan itu menjadikan konservasi DAS sebagai langkah mitigasi paling strategis.
Baca Juga: Jumlah Kecelakaan Kerja Turun, Ciputra Residence Konsisten Terapkan HSE
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, secara volume, konsumsi AMDK menyumbang 85 persen dari total konsumsi minuman ringan di Indonesia. Angka ini menunjukkan betapa besar peran industri AMDK dalam memenuhi kebutuhan konsumsi air masyarakat Indonesia. Namun, di balik pertumbuhan tersebut, muncul tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa pengambilan air tidak merusak keseimbangan ekosistem. Sebab, air bukan hanya sumber ekonomi, tetapi juga sumber kehidupan.
Meski secara statistik kecil, pengambilan air di suatu wilayah tertentu bisa menimbulkan dampak jika tidak dikelola secara bijak. Karena itu, para pelaku industri AMDK perlu menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air berkelanjutan.
Upaya itu dapat dilakukan melalui konservasi daerah tangkapan air, pemantauan debit sumber air, serta pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi sumber air. Langkah-langkah tersebut menjadi wujud nyata tanggung jawab lingkungan dan sosial perusahaan. AQUA menunjukkan komitmennya melalui capaian konkret yang dilaporkan dalam Laporan Keberlanjutan.
Menurut data pada Laporan Keberlanjutan perusahaan pada 2024, AQUA telah mendukung terbentuknya 7 forum multi pihak di tingkat Daerah Aliran Sungai (DAS), menanam lebih dari 2,5 juta pohon, membangun lebih dari 2.200 sumur resapan, mengelola 215 hektare pertanian berkelanjutan dengan lebih dari 1.400 petani sebagai penerima manfaat, dan mengembangkan keanekaragaman hayati di 17 lokasi.
Baca Juga: Indonesia Tegaskan Posisi sebagai Pemimpin Moral Dunia dalam Resolusi Konflik Global
Sebagai produsen air mineral yang sumbernya berasal air pegunungan, keberlanjutan kualitas dan kuantitas sumber air sangat bergantung pada kondisi ekosistem di daerah tangkapan air (catchment area) di sekitarnya. Di sinilah pentingnya konservasi di tingkat Daerah Aliran Sungai (DAS). Konservasi DAS dilakukan untuk memastikan siklus air tetap seimbang. Air hujan yang turun dapat diserap kembali ke tanah dan mengisi akuifer yang menjadi sumber air.
Tanpa vegetasi yang cukup, air hujan akan langsung mengalir di permukaan, menyebabkan erosi, banjir di hilir, dan berkurangnya cadangan air tanah. Karena itu, AQUA menjalankan program konservasi DAS agar setiap liter air yang diambil dari alam dapat dikembalikan dalam jumlah yang sama atau bahkan lebih banyak melalui berbagai inisiatif reboisasi dan resapan. Secara umum, AQUA mengelola program konservasi berbasis DAS di sejumlah wilayah, di antaranya DAS Serayu Wonosobo, DAS Cisadane Hulu, DAS Rejoso, DAS Citatih, Sub-DAS Pusur Klaten dan Boyolali, DAS Ayung, DAS Glondong, Sub-DAS Kedunglarangan, dan DAS Cibeleng. Sub-DAS Pusur yang meliputi tiga wilayah di Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo, sebelumnya pernah mendapat apresiasi dari Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq karena melibatkan kolaborasi multipihak dalam upaya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan.
Kolaborasi ini melibatkan kelompok masyarakat seperti Pusur Institute, AQUA, pemerintah Kabupaten Boyolali, dan pemerintah Kabupaten Klaten. Sub-DAS Pusur merupakan anak sungai Bengawan Solo yang berada di tiga wilayah administrasi Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sukoharjo. Jarak dari hulu sampai hilir sungai Pusur sepanjang 36,8 km.
Terdapat 49 desa yang berbatasan langsung dengan Sub-DAS Pusur, sehingga upaya keberlanjutan di sepanjang Sub-DAS Pusur turut melibatkan masyarakat desa. Dalam pelaksanaannya, kolaborasi pengelolaan DAS ini telah menanam 141.041 pohon jenis mahoni, suren, sengon, cengkih, durian, kakao, kemudian membudidayakan 1.500 bibit kopi di Desa Sangup dan 2.000 bibit di Desa Mriyan sekaligus memfasilitasi produksi Kopi Merapi Lestari, serta mendukung pengembangan bisnis anggrek, teh lokal, jahe merah, dan jahe putih. Tanaman kopi dipilih tidak hanya untuk kepentingan konservasi dan lingkungan tapi juga turut berkontribusi terhadap perekonomian warga setempat.
Baca Juga: Tak Disertakan ke Jakarta oleh PSIM, Rafinha Tonton PSBS vs Persijap Bareng Anaknya