Krjogja.com - KARANGANYAR - Paguyuban orangtua murid membantah tudingan acara pelepasan siswa membebani, apalagi modus pungutan liar (Pungli). Pelepasan siswa justru ajang menunjukkan kreativitas seni buah hati.
"Jangan sampai dipelintir acara pelepasan siswa itu bentuk pungli. Ini murni direncanakan komite dan paguyuban orangtua wali murid. Bukan acara sekolah apalagi diperintahkan sekolah," kata Ananda Novel, Komandan Gardal sekaligus Ketua Komite SDN 07 Ngringo, Jaten kepada wartawan, Minggu (18/6).
Para orangtua anggota komite mengaku resah dengan polemik pelepasan siswa TK, SD, SMA dan SMP yang berkembang di media sosial dan pemberitaan. Sebagian menolak karena membebani orangtua terutama mereka yang berekonomi lemah. Sebab, adanya iuran tak terelakkan untuk menggelar kegiatan di akhir tahun ajaran. Sebagian besar menyewa lokasi seperti gedung, dekorasi, hidangan hingga hiburan.
Mengenai hal itu, Novel mengatakan besaran iuran sudah disepakati melalui rapat komite. Jika ada yang menolak, anggota lain bersedia menyubsidi. "Besaran patungan disepakati bersama. Ini tanpa campur tangan sekolah. Rapat komite berkali-kali sampai semuanya siap," katanya.
Kesiapan itu termasuk penampilan seni kreativitas peserta didik saat acara pelepasan siswa. Novel meminta semua melihat sisi positif acara itu membahagiakan anak, orangtua maupun guru. "Kepala sekolah dan guru sangat berterima kasih ke kami atas kegiatan tahunan ini," katanya.
Sekadar informasi, media sosial ramai komentar penolakan pelepasan siswa TK, SD, SMP dan SMA. Warganet mendesak wisuda dikembalikan ke lulusan perguruan tinggi saja.
Wakil Ketua DPRD, Anung Marwoko meminta pemda memberi keringanan sewa aset gedungnya untuk keperluan pelepasan siswa. Itu akan mengurangi besaran iuran bagi orangtua. Mengenai polemik pelepasan siswa, ia tak mau serta merta menolaknya. Hal itu menurutnya sudah tradisi. Hanya saja, harus dengan sukarela tanpa terlalu membebani orangtua. (Lim)