Krjogja.com - KARANGANYAR - Para petani tanaman pangan ketar-ketir dengan merebaknya hama yang dipicu curah hujan tinggi. Mereka mengandalkan obat-obatan kimia pembasmi hama tanpa takaran jelas yang justru berisiko meracuni tanaman. Petani asal Desa Gumeng, Jenawi, Tardi mengatakan tanaman daun bawang di wilayahnya menguning sebelum masa panen.
"Daunnya rusak. Enggak bisa dijual. Seperti teyeng (karat pada logam). Terjadi karena terlalu basah," katanya, Kamis (13/10/2022).
Daun bawang atau biasa disebut loncang juga diserang kutu. Organisme pengganggu tanaman (OPT) itu menyerap nutrisi tubuh tanaman yang menyebabkannya kerdil. Tardi mengatakan, cara satu-satunya menyelamatkan tanaman sayurnya dengan menyemprot obat kimia.
Pestisida dan fungisida yang dipakainya berdasar takaran sekenanya. Ia sebenarnya khawatir paparan kimia pada tanaman yang berlebih justru meracuni. Namun daripada rusak dan gagal panen, ia memilih menggunakan cara tersebut. "Bagaimana lagi menyelamatkan. Ya disemprot biar enggak semakin parah. Semprotnya rutin," katanya.
Sementara itu petani sayur asal Karangbangun Matesih, Nina mengatakan serangan siput merajalela. Hama pertanian itu menyerbu kebunnya setelah hamparan padi selesai dipanen. "Lari nya ke kebun yang masih ada tanamannya. Siputnya dari sawah ke kebun," katanya.
Untuk membasminya, ia menggunakan racun keong yang ditebar di liang-liang sarang siput. Ia disarankan menggunakan secukupnya. Namun karena tidak sabar, ia menebar ke sekeliling kebunnya.
Masih terkait cuaca ekstrem, petani padi mewaspadai ancaman hama wereng memasuki peralihan musim kemarau ke penghujan ini. Serangan wereng dikhawatirkan akan membuat petani alami gagal panen alias puso. Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kecamatan Jaten, Hari Susanto mengatakan serangan hama diperparah kerusakan akibat angin kencang.
"Bencana yang sekarang kita takutkan hujan dan angin kencang karena bisa merobohkan tanaman," kata dia. (Lim)