solo

Kunjungi Sentra Perajin Tahu, Kapolres Sukoharjo Minta Tetap Produksi

Rabu, 23 Februari 2022 | 07:42 WIB
Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan saat mengunjungi perajin tahu di Kartasura. (Dokumen Polres Sukoharjo)

SUKOHARJO, KRjogja.com - Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan melaksanakan pemantauan dengan melakukan kunjungan ke produsen tahu di Dusun Kranggan Etan, Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura. Kegiatan dilakukan merespon adanya informasi yang beredar tentang paguyuban yang mengajak perajin tahu untuk mogok produksi karena tingginya harga kedelai. Menanggapi hal tersebut Kapolres meminta pada para perajin untuk tetap memproduksi tahu dan tempe.

Para perajin tahu dan tempe di wilayah Kecamatan Kartasura diketahui tetap berproduksi. Kapolres memastikan hal tersebut setelah melakukan kunjungan langsung dengan mendatangi perajin tahu. Para perajin tidak terpengaruh informasi ajakan mogok massal produksi.

Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, Selasa (22/2) mengatakan, sudah memberikan semangat kepada perajin tahu untuk tetap produksi. "Karena tahu dan tempe merupakan salah satu kebutuhan pokok, saya ucapkan terimakasih kepada para perajin yang tidak ikut mogok produksi," ujarnya.

Salah satu perajin tahu, Eko Purwanto, mengaku dirinya juga mendapatkan ajakan untuk mogok produksi. Ajakan itu didapatkan melalui pesan berantai melalui WhatsApp (WA).

Namun sebanyak 20 perajin tahu dan tempe di kampungnya memutuskan mengabaikan ajakan itu. Para perajin tetap berproduksi seperti biasa.

"Kita tidak ikut mogok massal karena kita masih ketergantungan kedelai impor. Kita demo dan mogok produksi percuma saja. Selain itu, cicilan juga masih banyak," ujarnya.

Kenaikan kedelai pada awal tahun ini merupakan harga tertinggi, yang pernah di perajin tahu dan tempe. Kedelai yang digunakan merupakan produk impor. Produsen tahu dan tempe harus membeli kedelai impor hampir Rp 11 ribu per kilogram.

"Kita mohon kepada pemerintah agar kami dibantu, agar harga kedelai normal lagi. Jangan malah naik terus," lanjutnya.

Eko menambahkan, untuk mensiasati kerugian, para produsen memperkecil ukuran tahu, agar produsen tetap mendapatkan untung. Dia menjelaskan, untuk mengalihkan bahan baku dari kedelai impor ke kedelai lokal sangat tidak mungkin.

"Para perajin tahu tempe tetap berproduksi menggunakan kedelai impor. Untuk mengganti kedelai lokal tidak bisa karena dipasaran stok kedelai lokal tidak mencukupi kebutuhan para perajin," lanjutnya.

Hasil produksi tahu dan tempe dari para perajin dijual seperti biasa. Para perajin berharap dengan berproduksi tetap bisa mendapatkan penghasilan meski biaya yang dikeluarkan besar menyusul tingginya harga kedelai impor. (Mam)

Tags

Terkini

KNPI Sragen Prihatin, Slogan Sragen The Land of Mendeman

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:10 WIB

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB