KARANGANYAR, KRJOGJA.com - Bencana alam yang melanda negeri ini perlu dimaknai sarana mengintrospeksi pribadi. Dibalik musibah itu terkandung hukuman dan cobaan. Hal itu disampaikan KH Muhammad Ali Shodiqin atau Gus Ali Gondrong di hadapan ribuan warga Karanganyar dan sekitarnya saat Karanganyar Berzikir di alun-alun kota, Minggu (7/10/2018) malam.Â
Kegiatan tersebut diselenggarakan Pemkab Karanganyar dalam mengawali rangkaian perayaan HUT ke-101 Kabupaten Karanganyar. Gus Ali yang identik dengan rambut gondrongnya mengucapkan bela sungkawa serta rasa prihatinnya atas kepedihan korban gempa bumi dam sunami di Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah.Â
"Tidak semua musibah itu bencana. Tergantung pada orangnya. Bisa jadi bencana adalah ujian. Meski orang itu rajin salat, penuh cinta, namun mendapat bencana. Artinya anda diuji untuk menjadi pribadi lebih baik," kata Gus Ali.Â
Sementara, bencana juga diartikan hukuman atau peringatan dari sang pencipta. Maka, penerima azab disarankan cepat bertobat dan sadar dari perbuatan salah. Ia berharap masyarakat Karanganyar belajar dari musibah di Sulteng, baik itu persiapan fisik menghadapi bencana yang bisa datang sewaktu-waktu maupun memperbanyak bertaubat.Â
Karanganyar Berzikir di alun-alun kota dipadati massa mafia salawat sejak Minggu petang. Acara dimulai dengan sambutan Bupati Karanganyar, Juliyatmono pada pukul 21.30 WIB. Ia menyatakan tanggal 18 Nopember 2018 adalah hari terbentuknya Pemkab Karanganyar. Saat ini usia Bumi Intanpari genap 101 tahun.Â
"Memulai hari jadi, mari kita sholawat dan berdzikir. Semoga apa yang dilakukan mendapatkan ridho allah,†papar Bupati yang disambut amin dari masyarakat. Menurutnya, bencana alam dari berbagai daerah menjadi pengingat bersama, agar semua masyarakat dan pemerintah kembali ke rahmat Allah.Â
Hingga tengah malam, masyarakat dari berbagai latar belakang berbaur mengucapkan kalimat tasbih, tahlil dan tahmid. Tidak jarang diantara yang hadir menangis, tertegun karena kalimat thoyibah tersebut.(Lim)