SOLO, KRJOGJA.com - Populasi pengidap Tubercolusis (TBC) di Solo, diperhitungkan mencapai 1.660 orang, namun hingga baru 30 persen diantaranya terdeteksi dan tertangani Dinas Kesehatan Kota (DKK). Sedangkan 70 persen penderita lain yang belum terdeteksi, berpotensi besar menjadi pemicu penularan penyakit itu kepada orang lain, lewat interaksi sosial ataupun personal.
Sekretaris DKK, Purwanti mengungkapkan, karenanya, mulai bulan ini, DKK melakukan gerakan ketuk pintu dengan mendatangi rumah-rumah warga menjaring penderita TBC sekaligus penanganan medis. Pola penanganan penderita TBS secara pasif dengan pasien berobat ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), tak begitu efektif.Â
"Bisa jadi, hal itu dipengaruhi anggapan masyarakat yang menganggap keluhan batuk terus menerus sebagai penyakit batuk biasa, hingga enggan berobat ke Puskesmas atau layanan kesehatan lainnya."
Pola mendatangi warga dari rumah ke rumah yang telah dilakukan selama dua pekan terakhir, disebutnya cukup efektif, menjaring penderita TBC. Dengan mnggandeng sejumlah organisasi kemasyarakatan yang peduli terhadap pemberantasan TBC, belasan penderita dapat ditemukan dan langsung ditangani sampai sembuh.Â
Dalam gerakan ketuk pintu ini, setiap kali petugas menemukan warga menderita penyakit batuk lebih dari sepekan, langsung dilakukan pengambilan sample dahak guna pemeriksaan laboratorium milik Rumah Sakit mum Daerah (RSUD) Dr Moewardi. (Hut)