Tergerak Karena Pengalaman Masa Lalu, Dua Mahasiswa UMY Ini Dirikan Sekolah Babe

Photo Author
- Rabu, 3 Mei 2017 | 10:15 WIB

ADALAH sosok Nur Fadhillah dan Indah Gitaningrum dibalik munculnya salah satu komunitas belajar informal  Sekolah Babe. Fadhil dan Ica adalah mahasiswa dari Ilmu Hubungan Internasional UMY angkatan 2012, yang kemudian bertemu dan memiliki kesamaan tentang keresahan akan peluang dan kesetaraan mendapatkan ilmu antara anak-anak di desa dan kota.

Semuanya bermula ketika mereka mendirikan komunitas Babe Berbagi pada tahun 2015.  Babe Berbagi adalah sebuah komunitas yang memiliki tiga program utama di dalamnya, yakni Senyum Babe yakni kegiatan berbagi nasi, selimut, serta alat tulis bagi anak-anak yang tinggal di jalanan.

Kemudian ada Usaha Anak Babe yang merupakan program pencarian dana bagi kami lewat penjualan barang bekas, serta yang terakhir adalah Sekolah Babe yang merupakan sekolah informal yang mempelajari mulai dari Bahasa Inggris, Pendidikan Karakter, serta Lingkungan.

Fadhil yang merupakan anak bungsu dari keluarga Betawi asli, dengan 8 bersaudara ini hidup dalam kondisi ekonomi keluarga yang sangat lemah. Kondisi yang menyebabkan mereka sudah harus bekerja bahkan ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Mereka pun dengan sendirinya membiayai biaya sekolahnya hingga duduk di bangku SMA.

Hal senada dirasakan Indah Gitaningrum yang sangat resah dengan kondisi dan masa depan anak-anak zaman sekarang, terutama di daerah dekatnya. Mulai dari keresahan dan pengalaman tersebut, mereka berdua kemudian sepakat untuk mulai mengumpulkan dana lewat Usaha Anak Babe. Caranya dengan menjual barang-barang bekas di pasar-pasar tradisional yang ada, sebelum kemudian membangun Sekolah Babe pada Juni 2016 kemarin.

“Kami mendirikan sekolah ini karena berdasarkan pengalaman, kami merasa pendidikan formal tidak cukup untuk anak-anak,” kata  gadis yang akrab dipanggil Ica. Ia dan Fadhil takut nantinya anak-anak akan kalah bersaing di persaingan global dan selamanya mereka akan terkekang di daerahnya tanpa bisa berkembang.

Banyak dari mereka yang memiliki cita-cita besar. “Ingin rasanya kami membantu mereka mewujudkan cita-cita itu dengan langkah kecil yang kami buat,” tutur Ica.

Ketika mereka mencari tempat untuk melaksanakan Sekolah Babe, mereka kemudian melihat aktivitas anak-anak di Desa Bibis, Bangunjiwo, Bantul. Anak-anak di kawasan ini setiap harinya hanya terbiasa bermain setelah pulang sekolah. Tidak pernah ada peluang untuk mendapatkan pendidikan informal karena keterbatasan keluarga yang kebanyakan adalah petani dan buruh.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Maria Stephanie dan Pangan Lokal

Senin, 1 Juni 2020 | 14:11 WIB

Warga Jogonalan Ciptakan Motor dan Sepeda dari Kayu

Sabtu, 23 Februari 2019 | 00:15 WIB

Aika Ingin Jadi Pendongeng dan Pendiri Cagar Alam

Sabtu, 22 Desember 2018 | 13:15 WIB

Perjuangan Relawan UGM Pulihkan Senyum Warga Lombok

Sabtu, 27 Oktober 2018 | 01:10 WIB

Irul, Majukan Dusun dengan Jualan 'Online'

Kamis, 11 Oktober 2018 | 19:30 WIB
X