Asal Solo dan Lulusan UII Jogja, Soeko Prasetyo Jadi Detektif di New York Selama 25 Tahun

Photo Author
- Minggu, 28 Januari 2024 | 10:53 WIB
Soeko Prasetyo (Foto: Tangkapan layar akun YouTube VOA Indonesia)
Soeko Prasetyo (Foto: Tangkapan layar akun YouTube VOA Indonesia)

Krjogja.com - Soeko Prasetyo, seorang pria asal Solo yang menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja, menekuni profesi sebagai detektif di Amerika.

Soeko Prasetyo menjadi Private Investigator atau detektif swasta selama 25 tahun. Ratusan kasus berhasil ia bongkar, antara lain kasus-kasus besar yang ia terima dari FBI.

Pekerjaan itu mula-mula diterima Soeko Prasetyo secara tidak sengaja. Namun kemudian cara, gaya, dan tingkat keberhasilan yang tinggi membuat ia serius melakoninya selama seperempat abad.

Baca Juga: Ribuan Warga Serbu Festival Durian Jatinom Klaten

Kisah ini diunggah oleh akun YouTube VOA Indonesia pada Jumat (26/1/24) dalam program Ketika Hidup Diperjuangkan, bersama host Alam Burhanan dan Supri Yono.

Soeko mengisahkan bahwa ia mengalir saja saat masuk dan menjalani kuliah di UII Jogja. Fakultas Hukum yang ia tekuni, ternyata sangat membantu dirinya dalam melakoni profesi sebagai detektif.

"Saya nyemplung saja [jadi detektif]. Tidak punya pengalaman. Tapi [ketika] saya di Indonesia, pernah sekolah di Fakultas Hukum," ungkap Soeko ketika ditanya apakah ia memiliki ilmu atau ketrampilan khusus yang mendukung pilihannya.

Baca Juga: Jelang Laga Indonesia Vs Australia Piala Asia 2023, Shayne Pattynama Kembali Tersisih dari Skuad Garuda

Soeko yang pindah ke Amerika pada Januari 1971 mengisahkan bahwa meskipun ia memeluk agama Kristen, teman-teman bergaulnya 90% adalah Muslim.

"Tetangga-tetangga saya orang Islam. Sahabat karib saya ini dari SMA lulus, ke Universitas Islam Indonesia (UII). Saya ikut saja," jelasnya.

Bekal pemikiran berbasis hukum ini yang mendukung Soeko sukses menekuni sesuatu yang baru ini. Mengenai kemampuan dalam melakukan penyelidikan, Soeko mengaku improve saja.

Baca Juga: Deretan Fakta Jelang Laga Australia VS Indonesia  Babak 16 Besar Piala Asia 2023

Ada dua kasus besar yang pernah ia tangani. Pertama, kasus pembajakan jutaan kaset per bulan yang melibatkan pengusaha Indonesia. Kemudian kasus pemalsuan jam tangan bermerek dan perdagangan senjata.

Kasus pembajakan kaset yang dimaksud Soeko adalah kaset berisikan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh 45 musisi top dumia yang hasil penjualannya disumbangkan untuk amal.

'We Are the World' adalah lagu karya Michael Jackson dan Lionel Richie. Pada 1985 diproduksi oleh Quincy Jones dan dinyanyikan oleh supergrup beranggotakan 45 musisi yang menyebut proyek ini 'USA for Africa' (United Support of Artists for Africa).

Baca Juga: Terkendala Kuota Terbatas, Minat Transmigran Asal Bantul Meningkat

Singel ini direkam dan dijual untuk mengumpulkan dana bagi upaya penanggulangan kelaparan yang pada tahun 1984-1985 sangat parah terjadi di Ethiopia akibat instabilitas politik dan musibah kekeringan.

"Saya didatangi oleh seorang agen FBI internasional, bahwa ada pemalsuan kaset dalam jumlah banyak, jutaan," tutur Soeko menceritakan awal ia mengenal profesi ini.

Menurut Agen FBI yang menemuinya, pembajakan kaset proyek 'We Are the World' itu mencapai angka sekitar 2,5 juta kaset perbulan. Dan, datangnya dari Indonesia.

"Agen itu datang kepada saya lewat teman saya yang punya perusahaan Private Investigator," jelas Soeko. Ia kemudian menangani kasus tersebut dan sukses.

Berbekal keberhasilannya, Soeko kemudian ditawari menangani kasus besar lainnya. Semula kasus ini ditangani FBI, tapi selama empat tahun berjalan, tidak juga bisa tuntas.

Kasus ini ketika ditangani oleh Soeko, selesai dalam hitungan hari. Sewaktu terbongkar, ternyata bukan hanya bisnis pemalsuan jam tangan [Rolex] saja.

"Waktu saya masuk, ternyata bukan hanya itu saja. Saya menemukan di situ [ada] perdagangan senjata. Ada granat, ada rocket launcher, segala macam. Untuk kebutuhan teroris," kata Soeko.

Bos Soeko, pemilik perusahaan Private Investigator, tertarik dan senang dengan cara Soeko melakukan menyelidikan. Sebab Soeko menggunakan gaya apa adanya sebagai orang awam.

Salah satu trik Soeko adalah memainkan laku yang ia sebut plonga-plongo. Malah dengan gayanya ini, ia dianggap lugu lalu diajari oleh pihak penjahat, 'oh harusnya begini, harusnya begini'.

"Jadi kalau saya bertindak atau jalan seperti polisi, bawa senjata, malah saya dicurigai dan bisa berbahaya buat saya," ujar Soeko.

Dalam menjalankan tugasnya, Soeko tidak merasa takut. Ia hanya berpikir bagaimana sebuah kasus harus dipecahkan. Dalam benak Soeko, 'dia tidak tahu saya, tapi saya tahu dia'.

Namun suatu ketika, perasaan takut itu datang juga. Ia menyadarinya setelah mampu melepaskan diri dari todongan senjata yang mengarah ke pelipis.

"Saya menyelidiki seseorang, yang kemudian masuk penjara. Tiga tahun kemudian [setelah bebas] dia melihat saya di rumah orang yang [sedang] saya selidiki. Dia di situ juga," tuturnya.

Orang tersebut mengenali Soeko dan kemudian menempelkan senjata di pelipis Soeko. Maka terjadilah percakapan berikut ini.

"Who are you?" tanyanya.

"You don't remember me? You don't remember me?"

"Saya bilang, 'I dont know you. So what happen? Terus dia ngomong [bahwa] saya berhubungan dagang dengan dia, gak tahunya dia digrebek FBI, sama polisi, masuk penjara," jelas Soeko.

"So, you think I do busines with you dan kamu masuk penjara, jadi saya ini detektif? Kamu terlalu banyak menonton film. Saya bilang begitu," lanjutnya.

"Apa yang bisa kamu buktikan bahwa kamu bukan orang tersebut?"

"Gampang sekali. Kamu punya kartu nama saya, kan? Punya alamat saya. Bagaimana kalau hari Sabtu ini kamu ke rumah saya di pantai, di New Jersey sana. Nanti kita barbeque. Silakan datang," ajak Soeko.

Apakah si mantan napi yang dijebloskan Soeko ke penjara itu benar-benar datang ke rumah tersebut?

"Saya enggak ke sana," ujar Soeko sambil tertawa. Sebagai informasi, rumah tersebut adalah rumah milik FBI.

"Sesudah ditodong, keluar dari rumah itu, [perasaan] takutnya bukan main. Waduh aku hampir mati. Mau memasukkan kunci di mobil, tangan saya gemetar. Ndredeg juga," lanjut Soeko.

Kini Soeko Prasetyo telah pensiun dari pekerjaan tersebut. Namun di usia 58 tahun ini, ia masih terus bekerja sebagai staf sekuriti di sebuah rumah sakit. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ulil Albab M.Ikom: Presenter Harus Percaya Diri

Minggu, 2 November 2025 | 19:45 WIB
X