Elvira Sundari, Duta Bahasa DIY yang Lebarkan Kiprah Pendidikan Sastra dan Bahasa

Photo Author
- Senin, 4 Agustus 2025 | 17:45 WIB
Elvira Sundari (Dok. Pribadi)
Elvira Sundari (Dok. Pribadi)

Elvira juga bercerita tentang Kridha Kebahasaan yang dibawanya. Ia namai kridha itu dengan BATIK (Baca, Tulis, Petik). Gagasan ini terinspirasi dari pengalamannya saat pertukaran mahasiswa di Malaysia.

"Jadi karena latar belakangku sastra dan aku sempat IISMA di Malaysia, itu aku ambil mata kuliah judulnya Pendidikan Sastra. Jadi aku cukup melihat metode pembelajaran sastra di berbagai negara," tutur mahasiswa asal Jakarta ini.

Dalam mata kuliah tersebut, Elvira mempelajari metode pembelajaran sastra yang sudah diterapkan di Malaysia, Singapura, Inggris, hingga Amerika.

"Namanya metode Literature Circle, atau metode Diskusi Lingkar Sastra. Nah dari metode tersebut, aku adaptasi di Yogyakarta. Aku coba integrasikan dengan budaya batik di Yogyakarta," jelas Elvira. Dengan demikian, muncul inovasi BATIK (Baca, Tulis Petik).

"Akhirnya aku menggagas suatu metode pembelajaran sastra yang dikaitkan dengan filosofi batik, berdasarkan peran-peran. Jadi, kita mendiskusikan satu karya sastra tapi dalam satu kelompok itu akan ada peran-peran. Jadi metode ini sebenarnya seperti lebih ke mendiskusikan satu karya sastra dari kacamata yang berbeda," lanjutnya.

Kridha kebahasaan ini mengantarkan Elvira sebagai Pemenang 1 Duta Bahasa Nasional 2025. Tidak berhenti, kridha BATIK (Baca, Tulis, Petik) juga akan dibawa ke kompetisi Duta Bahasa tingkat Nasional.

Saat ini, Elvira bersama tim dan volunteer tengah melakukan sosialisasi BATIK (Baca, Tulis, Petik) ke sekolah-sekolah dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuannya untuk mengikutsertakan masyarakat agar turut sadar tentang isu literasi di Yogyakarta.

"Dalam pelaksanaannya di lapangan, BATIK memerlukan fasilitator, sehingga membuka kesempatan untuk volunteer. Selain berkolaborasi dengan Ikatan Duta Bahasa, juga mengajak pelajar SMA dan mahasiswa untuk bergabung dalam program Batik, difasilitasi lewat wadah volunteer Abdi Aksara," jelas

Bagi Elvira, ia menemukan banyak hal berkesan selama di Jogja. Salah satunya budaya dan bahasa.

"Aku menemukan banyak pengalaman yang sangat berkesan, keragaman budaya, keramahan orang-orang, budaya unggah ungguh," jelas Elvira.

Tak hanya itu, nuansa kota literasi dan kota pelajar begitu terasa. "Suasana sebagai kota literasi, kota pelajar dengan banyak sekali penerbit indie maupun penerbit mayor di Jogja," imbuhnya.

Dengan demikian, ia melihat kehidupan intelektual yang tumbuh subur di kota ini.

"Ada kehidupan intelektual, diskusi literasi, toko buku yang menjamur, ada warisan kebudayaan yang dijaga sama masyarakatnya," kata Elvira.

Dari sanalah Elvira bertekad terus memupuk kecintaannya pada literasi. Ia berharap bisa membawa nuansa Jogja yang indah dengan keragaman budayanya di Duta Bahasa Nasional nantinya. (*)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ulil Albab M.Ikom: Presenter Harus Percaya Diri

Minggu, 2 November 2025 | 19:45 WIB
X