KRjogja.com - CILACAP - Berawal dari keprihatinan petani di Desa Kalijaran Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap terhadap kondisi lahan sawahnya yang hanya bisa tanam setahun sekali karena merupakan lahan pertanian tadah hujan, kini mereka telah menerapkan praktik pertanian yang dapat menjaga keseimbangan ekologi, ekonomi, dan sosial untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan mendatang.
Adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Sugih yang memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk meningkatkan produktivitas pertaniannya secara berkelanjutan dengan menerapkan energi ramah lingkungan berbasis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Dari pengelolaan lahan dan tanaman hingga pasca panen seluruhnya memanfaatkan keberadaan PLTS.
Ketua Gapoktan Margo Sugih, Priyatno, mengatakan teknologi PLTS ada untuk mengatasi kesulitan air yang dihadapi petani, terutama di musim kemarau. Sehingga dalam pengolahan tidak lagi bergantung pada musim hujan, karena sepanjang tahun kebutuhan air bisa dipenuhi melalui pompa air PLTS yang menyedot air dari sumur bor untuk mengairi sawah. Begitu pula kebutuhan air selama masa tanam hingga masa panen dapat dipenuhi melalui energi baru dan terbarukan itu, kini petani setempat tidak lagi mengenal gagal panen karena kekeringan.
Baca Juga: Ditemukan Limbah Dapur MBG Dibuang ke Sungai
"Dari total energi bersih yang dihasilkan mencapai 10.750 wattpeak (wp) dari titik PLTS dapat menjangkau 21 hektar lahan sawah dan 90 penerima manfaat," katanya.
Karena jumlah debit air untuk pengairan mencapai hingga 117.600 liter per hari sehingga petani di desa itu kini bisa tanam padi 3 kali dalam setahun. Dengan meningkatnya siklus tanam itu, petani setempat dapat menghemat 50 % anggaran pembelian BBM untuk pengairan per hektar dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 1 juta, karena sebelumnya untuk mengatasi musim kering petani setempat menggunakan mesin pompa air. Sedang peningkatan produksi pertanian dari 12 ton menjadi 12 ton, namun masih tambahan produksi cabai 4 ton per hektar selama satu tahun.
“Karena disamping padi, petani Kalijaran kini dapat menanam holtikultura," lanjutnya.
Dalam penerapan teknologi PLTS itu, Gapoktan Margo Sugih memanfaatkannya untuk pengelolaan hasil panen, karena gapoktan tersebut kini telah memiliki tempat penggiling padi sendiri. Apalagi penggilingan padi itu telah memanfaatkan energi PLTS berkapasitas 6.500 KW. Keuntungannya dapat menghemat biaya BBM dan hasil dari penggilingan itu dapat digunakan untuk pengembangan usaha ekonomi kelompok. Sebab dedak hasil proses penggilingan itu dimanfaatkan untuk peternakan bebek petelur.
Baca Juga: Polres Temanggung Tangkap Komplotan Tikus Sasaran Sekolah Dasar
"Dari setiap 7,5 kilogram gabah dapat diolah menjadi 5 kilogram beras dan 2,3 kilogram dedak dan saat ini, populasi bebek petelurnya sebanyak 175 ekor," ujarnya.
Dijelaskan, keberhasilan Gapoktan Marga Sugih dalam praktik pertanian secara berkelanjutan tidak lepas dari pendampingan PT KPI Refenery IV Cilacap melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang memanfaatkan energi baru dan terbarukan.
"Petani Desa Kalijaran sangat terbantu dalam peningkatan produktiftas lahan pertanian dan sekaligus pendapatannya," jelas Priyatno.
Desa Kalijaran yang termasuk dalam 72 desa miskin di Cilacap, kini telah beranjak menjadi desa mandiri pertanian. "Kami dan para petani lain tidak berhenti pada capaian ini, dan berencana menambah kapasitas PLTS serta memadukannya dengan PLTB agar pasokan energi lebih stabil, terutama saat musim hujan," tambahnya.
Area Manager Communication Relations dan CSR PT KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna, mengungkapkan PT KPI Cilacap membantu program Kalijaran Mapan (Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan) melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) untuk mewujudkan ketahanan pangan. Bantuan tersebut meliputi penyaluran dana, pendampingan petani dalam pemanfaatan energi terbarukan (EBT) seperti tenaga surya, dan pemberian fasilitas untuk meningkatkan produktivitas pertanian, termasuk pengelolaan lahan berkelanjutan serta diversifikasi produk.