Ketika Mahasiswa Merasa Kehilangan Gelanggang: Suara-suara dari Balik GIK UGM

Photo Author
- Jumat, 11 Juli 2025 | 16:22 WIB
Dari kiri, bangunan GIK UGM sekarang dan Gelanggang Mahasiswa UGM sebelum dirobohkan. (Foto: Website UGM dan UKM UGM)
Dari kiri, bangunan GIK UGM sekarang dan Gelanggang Mahasiswa UGM sebelum dirobohkan. (Foto: Website UGM dan UKM UGM)

Krjogja.com - DI depan area Universitas Gadjah Mada, terdapat sebuah bangunan yang digadang-gadang menjadi super creative hub terbesar di Asia Tenggara. Bangunan tersebut adalah Gelanggang Inovasi Karya (GIK) yang berdiri di Kawasan seluas 49.500 m² dengan bangunan seluas 19.817,50 m². Gedung ini dibangun usai merobohkan beberapa bangunan, termasuk rumah bagi sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UGM, yakni Gelanggang Mahasiswa.

Gelanggang Mahasiswa merupakan sebuah bangunan yang bersejarah yang telah berdiri sejak orde baru. Bangunan ini sempat menjadi pusat aktivisme Dewan Mahasiswa UGM dan Dewan Mahasiswa se-Yogyakarta pada tahun 70-an.

Kemudian, pada tahun 80-an bangunan Gelanggang Mahasiswa dialihfungsikan sebagai sekretariat organ-organ eks Dewan Mahasiswa yang telah berdiri sendiri-sendiri sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa setelah Dewan Mahasiswa (Dema) dibubarkan pada tahun 1978 akibat adanya kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) oleh pemerintah Orde Baru. Gelanggang Mahasiswa pun terus dialih fungsikan menjadi sekretariat UKM-UKM UGM hingga dirobohkan pada tahun 2020.

Baca Juga: Mahasiswa Hubungan Internasional UGM Bersuara Pasca Kematian Tragis Alumni

Gelanggang ini bukan hanya sebuah bangunan tempat mahasiswa berkumpul, tetapi juga sebuah pusat aktivisime, perjuangan, dan kreativitas mahasiswa. Dirobohkannya bangunan ini tentunya membawa berbagai kekecewaan bagi mahasiswa. Terlebih, Gelanggang Mahasiswa yang bersifat inklusif dan rumah mahasiswa berkumpul tersebut digantikan oleh GIK yang bersifat komersil dan privatisasi ruang publik. Gelanggang Mahasiswa telah dirobohkan, UKM pun kehilangan meeting point mereka. Gelanggang tidak pernah sama lagi dan tidak akan bisa tergantikan

Proses Perobohan dan Janji UGM

Proses perobohan Gelanggang Mahasiswa dimulai pada Tahun 2020. Pada saat itu, UKM UGM mendapatkan pemberitahuan bahwa mereka harus segera mengemasi barang UKM untuk berpindah sekretariat. Pemberitahuan ini pun tentunya menyebabkan kebingungan dan pertentangan oleh UKM UGM. Namun, situasi Covid-19 pada saat itu membuat UKM sulit untuk melakukan konfirmasi lanjutan. Situasi dimana mahasiswa tidak dapat berkumpul tersebut disinyalir dilihat sebagai peluang yang tepat untuk menggusur mahasiswa. Akhirnya, UKM UGM pun terpaksa untuk berpindah Sekretariat dari Gelanggang Mahasiswa menuju sekretariat di sekitar rumah dosen dan GOR Pancasila.

Baca Juga: Ada Korupsi Dibalik Kerusakan Alam? BEM KM UGM dan ICW Gelar Diskusi Publik

Pada wawancara bersama Ketua Forum Komunikasi UKM UGM (FORKOM UGM), Matteo Abraham Kobe Susetyo menyebutkan bahwa hingga saat ini UKM UGM masih terus menentang penggusuran atau perobohan dari Gelanggang Mahasiswa itu sendiri.

"Sampai sekarang pun sebetulnya temen-temen menentang ya menentang apa ya gelanggang dirubuhkan itu sampai sekarang tetap ditentang kayak gitu," Ujar Ketua FORKOM UGM.

Pihak UGM pun sempat memberikan janji kepada mahasiswa bahwa gedung gelanggang yang 'baru' akan dibuat untuk teman-teman UKM. Namun, hingga GIK rampung dibangun, mahasiswa dan UKM UGM masih kesulitan untuk mengakses GIK secara maksimal. Hal ini lah yang membuat UKM UGM semakin kecewa atas dirobohkannya Gelanggang Mahasiswa. UKM UGM menyebut tindakan ini sebagai dosa besar dan perampasan hak mahasiswa.

Hilangnya Pusat Aktivisme dan Kreativitas Mahasiswa

Perobohan Gelanggang mahasiswa menyebabkan sekretariat UKM yang awalnya terpusat di satu tempat harus terpencar di sekitar rumah dosen dan Sekretariat di GOR Pancasila. Pemindahan sekretariat tersebut pun berdampak pada dinamika di UKM UGM. Hilangnya Gelanggang Mahasiswa membuat UKM UGM kehilangan sebuah save place untuk berkumpul, berkarya, dan berdinamika.

Dinamika UKM UGM pun menurun karena faktor pembatasan saat Covid-19 yang menyebabkan segala aktivitas UKM UGM berlangsung secara online. Menurut, Mas Kobe, saat ini banyak anggota UKM yang saling tidak mengenal. Hal ini tentunya berbeda dengan situasi saat masih berada di Gelanggang Mahasiswa dulu. Mahasiswa dapat berkegiatan antar UKM bahkan hingga antar multidisipliner. Kolaborasi ini kini sulit ditemukan karena hilangnya meeting pot yang biasa menjadi wadah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Primaswolo Sudjono

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X