Fenomena hoaks semakin menjadi perhatian serius di era digital ini, di mana informasi dapat menyebar dengan cepat tanpa diketahui kebenarannya.
Polda Jatim menunjukkan sikap tegas terhadap penyebaran hoaks dengan mengingatkan masyarakat tentang bahaya dan dampak negatifnya.
Dalam konteks ini, peran media massa dan platform media sosial untuk menyebarkan informasi yang benar dan akurat menjadi semakin penting.
Dirmanto menekankan bahwa penyebaran hoaks dapat merusak citra dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi, seperti Kepolisian.
Masyarakat juga diingatkan untuk tidak hanya menjadi konsumen pasif informasi, tetapi juga aktif dalam menyaring dan memverifikasi berita sebelum menyebarkannya.
Pembentukan literasi digital menjadi kunci untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif penyebaran hoaks di dunia maya.
Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap bahaya hoaks dapat membantu mengurangi tingkat penyebaran informasi palsu.
Kepolisian Daerah Jawa Timur memberikan contoh positif dalam menanggapi isu hoaks dengan transparan dan cepat memberikan klarifikasi.
Polda Jatim juga memastikan bahwa kejadian kontroversial tersebut telah diselesaikan dengan baik melalui mediasi.
Upaya penanggulangan hoaks tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan peran aktif seluruh lapisan masyarakat.
"Saring dulu sebelum sharing, pastikan kebenarannya," tutup beliau.
Komunikasi yang efektif antara kepolisian dan masyarakat dapat menjadi kunci untuk menghindari situasi yang memicu penyebaran hoaks.
Pendidikan dan sosialisasi terkait identifikasi hoaks perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih cerdas dalam menyaring informasi.
Tindakan hukum terhadap penyebar hoaks perlu diperketat sebagai langkah preventif untuk mengurangi kecenderungan menyebarkan informasi palsu.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, diharapkan penyebaran hoaks dapat diminimalkan, mendukung terciptanya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. (*)