Kemudian Ustadzah yang biasa disebut Bunda memanggil santri satu persatu untuk menghadap. Ketika giliran menghadap, Santi mengakui yang mengambil uang tersebut.
Ia mengaku terpaksa mengambil uang tersebut karena hidupnya berantakan, kedua orangtuanya bercerai.
Dengan bijak Bunda menasihati Santi agar tidak mengulangi perbuatannya. Juga agar menghapus air matanya dan kembali ceria sehingga ketika keluar ruang untuk memanggil santri berikutnya yang menghadap tidak ada yang curiga.
Pada kesempatan lain Dita menemui Bunda dan mengatakan sudah mengikhlaskan uang yang hilang. Ia juga menanyakan adakah temannya yang mengakui, yang dijawab ada.
Tebakan Dita benar, yang mangambil uangnya Santi karena terlihat paling kalut. Namun Bunda menyarankan agar tidak menambah beban penderitaannya.
Ketika kembali ke kamar, Dita mengumpulkan teman-temannya dan mengatakan ternyata uangnya tidak hilang, tetapi terselip di baju.
Karena itu ia minta maaf. Saat teman-temannya bersukaria karena sudah tidak ada yang saling curiga, sebaliknya Santi yang benar-benar mengambil uang meresa galau.
Kemudian ketika jam sekolah selesai dan semua santri sudah keluar ruang kelas, dia memanggil Dita dan mengakui perbuatannya serta minta maaf. Selanjutnya Dita menasihati Santi dan membesarkan hatinya, karena lebih beruntung darinya.