JAKARTA, KRJOGJA.com - Pentas tahunan selalu diikuti oleh Pemerintah Kabupaten Kendal dalam mempromosikan seni dan budaya yang dimiliki. Dalam pagelaran pentas seni tahun 2019 ini digelar pentas Wayang Orang dengan mengambil lakon "Pandadaran Sokalima" di Pendopo Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, Sabtu malam (13/7).
Bupati Kendal Mirna Annisa, didepan warga Kendal di Jakarta mengharapkan, pementasan Wayang Orang yang baru pertama kali digelar bisa menjadi hiburan sekaligus melepas rindu pada kampung halaman. Mirna juga berterima kasih kepada masyarakat karena dengan dukungan dan kerjasama yang terjalin baik bisa membuat Kabupaten kendal semakin maju.
"Kabupaten Kendal saat ini menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah untuk mempercepat pembangunan " ujar Mirna.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Agus Rifai mengatakan Wayang Orang yang dimainkan oleh para mahasiswa - mahasiswi Institut Seni Indonesia Surakarta tersebut juga dalam rangka memperingati Hari jadi Kabupaten Kendal ke - 414.
Cerita wayang tersebut menurut Rifai berkisah para Pandawa dan Kurawa telah menyelesaikan pendidikannya kepada Danghyang Druna dan mereka pun dipertandingkan di hadapan seluruh rakyat Kerajaan Hastina. Puncak dari pertandingan ini adalah pertarungan antara Raden Permadi melawan Raden Suryaputra yang tidak lain adalah kakak sulungnya sendiri, yaitu putra Dewi Kunti dengan Batara Surya, sewaktu belum menikah dengan Prabu Pandu.
Danghyang Durna melaporkan kelulusan para Pandawa dan Kurawa.
Adipati Dretarastra di Kerajaan Hastina memimpin pertemuan yang dihadiri oleh Resiwara Bisma, Dewi Gandari, Raden Yamawidura, Patih Sangkuni, dan Resi Krepa. Hadir pula Danghyang Druna yang melaporkan bahwa hari ini telah genap lima tahun para Pandawa dan Kurawa berguru ilmu perang kepadanya di Padepokan Sokalima. Semua ilmu telah diajarkan olehnya, meliputi seni menggunakan senjata, ilmu memimpin pasukan, ilmu mengatur siasat perang, serta bagaimana caranya merusak formasi barisan perang.
Danghyang Druna bercerita bahwa di antara murid-muridnya, Raden Permadi atau Arjuna adalah yang paling pandai dan berbakat, terutama dalam bidang panahan. Tidak hanya siang hari, bahkan di malam hari sekalipun ia rajin berlatih panah dalam kegelapan. Pernah suatu hari Danghyang Druna pura-pura diserang buaya di sungai. Para pangeran berlomba-lomba hendak menolong, namun hanya Raden Permadi yang dengan sigap dan cekatan mengambil busur dan panah untuk membidik buaya tersebut (Ung)