YOGYA, KRJOGJA.com - 51 lukisan tampak megah terpasang di dinding Jogja Gallery di Jalan Pekapalan Alun-Alun Utara Jumat (1/2/2019) malam. Semalam, merupakan hari perdana dibukanya sebuah pameran lukisan menarik bertema Pameran Sastra Rupa Gambar Babad Diponegoro yang bakal terus ada hingga 24 Februari mendatang.Â
51 lukisan yang dipamerkan, seluruhnya mengambil potongan-potongan kisah menarik yang ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro tahun 1831-1832 dalam sebuah buku Babad Dipoegoro. Tulisan yang dihasilkan Diponegoro saat menjalani pengasingan di Manado pada tahun tersebut.Â
Dr Mikke Susanto, sang kurator pameran mengungkap bahwa sejak September 2018 lalu para pelukis terlebih dahulu menjalani serangkaian riset tentang Diponegoro sebelum mengeksekusi kanvas putih. Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro pun menurut dia dilibatkan penuh terlebih Babad Diponegoro pun telah dimiliki penuh yang membuat penelitian semakin mudah dilakukan.Â
“Kami merangkum Babad Diponegoro dalam 50 adegan mulai usia 5 hari hingga ditangkap oleh Belanda sebelum diasingkan. Teman-teman perupa sebelumnya melaksanakan riset dan matrikulasi hingga tiga kali untuk memahami secara utuh Babad Diponegoro,†ungkapnya usai seremonial pembukaan Jumat (1/2/2019) malam.Â
Menariknya, lantaran tak ada foto pasti wajah Pangeran Diponegoro, para perupa pun dengan sedikit liar berusaha mengejawantahkan dalam karya yang tak jarang membuat penikmatnya menampakkan senyuman simpul. Imajinasi seniman tetap tak dibatasi meski tetap memahami keseluruhan Babad Diponegoro yang kali ini memang sumber literasi utama untuk direspon.Â
“Memang wajah Diponegoro tidak terabadikan dalam foto, hanya lukisan saja yang itupun oleh Adrianus Josef (A.J.) Bik yang pula ketika itu melukis Diponegoro yang sedang mengalami Malaria sehingga tampak kurus dan tirus pipinya. Ini yang tampaknya kemudian dimanfaatkan perupa untuk mengekspolre Diponegoro, tidak ada yang melarang dibuat seperti apa, yang terpenting karakter Diponegoro,†sambungnya.Â
KRMT Indro Kimpling Suseno, Penyelenggara Pameran menambahkan pihaknya berharap respon terhadap kisah perjalanan hidup pahlawan Indonesia nantinya tak hanya berhenti pada Babad Diponegoro saja. “Ini semoga jadi inspirasi bahwa sejarah dan seni bisa dipadukan sehingga generasi sekarang bisa belajar dengan sesuatu yang tidak membosankan,†imbuhnya.Â