Dalam Bentuk Baru, Ritus Lampah Lemah Digelar

Photo Author
- Selasa, 2 Mei 2017 | 01:11 WIB

DINAS Kebudayaan DIY akan menggelar pentas Teater Tari Gandrung Manis Ritus Lampah Lemah dengan koreografer Setyastuti di nDalem Pugeran Brongtokusuman (belakang Museum Perjuangan) Jalan Kolonel Sugiyono Yogyakarta, Kamis (4/5/2017) pukul 19.30 WIB.

Menurut Kepala Seksi Seni Kontemporer Disbud DIY Dra Y Eni Lestari Rahayu kepada wartawan di Pendhapa Art Space Jalan Ring Road Selatan, Jumat (28/4/2017), kegiatan ini sudah direncanakan sejak dua tahun lalu, tapi baru lolos pada tahun anggaran 2017. "Saatnya kami harus mempertahankan seni kontemporer yang ada di Yogya," katanya.

Gandrung Manis menurut Eni, identik dengan bedhaya ciptaan Sri Sultan HB VII. Tapi bukan hal itu yang dimaksudkan dalam pementasan ini nantinya. "Bahasa kami, Gandrung Manis sesuatu yang indah, mengolaborasikan berbagai macam cabang seni, yaitu musik, tari, teater, video mapping dan tidak harus berpijak pada klasik. Tempat pentas pun tidak di panggung, karena konsepnya memang di outdoor," imbuhnya.

 

Prof Dr Suminto A Suyuti dan Djadug Ferianto sebagai supervisor Teater Tari Gandrung Manis Ritus Lampah Lemah mengapresiasi langkah Disbud DIY, karena ini merupakan sejarah pertama Disbud DIY memberikan ruang bagi seni kontemporer.

"Gandrung Manis sebagai salah satu tari bedaya pada zaman Sri Sultan HB VII, dalam pentas ini hanya diambil spiritnya," kata Suminto.

Menurutnya, Ritus Lampah Lemah sebenarnya merupakan sebuah pewacanaan ideologis. Di sisi lain, Suminto menegaskan, sebenarnya proyek ini ingin mengabarkan bahwa Yogya tidak identik dan tidak harus selalu identik dengan klasik. Yogya itu sesuatu yang terbuka, Yogya adalah sebuah situs, sebuah gelanggang tempat bertemunya berbaga ideologi artistik, estetik, saling berseteru, memusuhi, menindas tapi pada akhirnya berangkulan dan bergandengan tangan untuk mewujudkan keyogyaannya.

Hal senada juga dikatakan Djadug Ferianto, yang menyebut baru pertama kali ini Disbud DIY menggulirkan satu forum bernama Gandrung Manis. "Harus kita sambut baik, karena dalam konteks Danais, seni pertunjukan yang punya karakter kontemporer sedikit dianaktirikan," katanya.

Sedangkan Setyastuti mengatakan, Gandrung Manis Laku Lampah Lemah yang berdurasi satu jam ini melibatkan sekitar 100 pemain terdiri penari, pemusik, DJ, visual art. Konsepnya seperti mozaik, karena pentas ini merupakan hasil kolaborasi dengan seniman berikut kelebihan masing-masing.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X