KRJogja.com – YOGYA - Festival Seni Kriya yang digelar setiap 2 tahun atau lebih dikenal dengan Matra Kriya Festival (MKF 2024) kembali diselenggarakan pada 20 – 25 Juli 2024 di Taman Budaya Yogyakarta. Agenda tahunan dengan spesifikasi seniman muda, tahun ini memasuki tahun ketiga dengan mengusung tema Ritual.
MKF 2024 menghadirkan 46 karya kriya seniman muda dari berbagai daerah se-Indonesia. Karya seni kriya yang akan ditampilkan adalah hasil seleksi Dewan Juri MKF 2024 dari ratusan karya seniman kriya se Indonesia.
Panitia juga mengundang 16 seniman Indonesia, 13 designer untuk Fashion Show, 6 brand produk kreatif lokal akan mengisi bazar, 4 komunitas seni kriya akan memberikan workshop gratis dalam 7 aneka kegiatan kriya.
Talkshow berbagai tema seni diadakan dengan menghadirkan 6 pembicara. Dan 10 komunitas seni pertunjukan akan mewarnai panggung pertunjukan MKF 2024 ini.
Matra Kriya Festival resmi dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, SS., M.A. pada Sabtu 20 Juli 2024, dan dimeriahkan oleh penampilan Seven A Plus Yogyakarta, Sanggar Elvista Brebes dan Traya Art Center Solo dalam fashion carnival.
Juga menampilkan pertunjukan tari berjudul RITUAL oleh Trenggana Art Project, serta penampilan grup musik etnik The Black Mamba dari Yogyakarta.
Dalam acara tersebut juga diumumkan 7 nominasi karya kriya terbaik MKF 2024 oleh 3 dewan juri yang terdiri dari Dr. Arif Suharsono, S.Sn., Dr. Sn. Dona Prawita Arissuta, S.Sn, M.Hum., dan Nurohman, S.Sn.
Tujuh nominator ini nanti akan mempresentasikan karyanya pada hari Selasa 23 Juli 2024 di Panggung MKF 2024. Dari ke 7 karya ini nanti akan dipilih 4 karya sebagai Karya Kriya Terbaik MK 2024.
Tujuh nominator tersebut adalah Zacky Kurniawan (Surabaya), Atikar Ahmad Rajwie (Bandung), Rakryan Mahotcaha Gandhi (Yogyakarta), Fajar Restuningsih (Cilacap), Deka Rezoi Agusta (Bandung), Bagus Krisna Wiono (Blitar), dan Putri Intan Margaretha (Jombang).
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan bahwa potensi seni kriya sangat luar biasa karena paling melekat dari kehidupan kita sehari – hari.
”Kreasi dari seniman kriya ini luar biasa, seni yang biasa kita lihat tapi jarang terapresiasi dalam agenda kegiatan. Dengan tema Ritual ini, kita bisa mengulik seni kriya tersebut, mencoba mengeluarkan cerita dibalik karya baik mulai dari ide, proses pembuatan hingga jadi akhirnya,” jelas Dian.
Dian juga menambahkan seni kriya juga bisa ditingkatkan menjadi sektor industri yang menghasilkan,”Misal seni kriya bisa menjadi souvenir yang khas, dimana kebetulan kita menjadi kota warisan dunia.
Dengan desain kriya tersebut bisa menerjemahkan tentang kota warisan dunia yang selama ini kita agak susah menerjemahkan secara abstrak sehingga kemudian bisa tereksplor,”imbuh Dian.
“Kedepannya kami juga akan menggandeng pusat desain , desa wisata dengan POKDARWIS agar bisa mengaplikasikan seni kriya tersebut,”tutup Dian.