Krjogja.com - SLEMAN - Suhu politik sudah saatnya diturunkan. Pemilihan presiden, pemilihan legislatif, hingga pemilihan kepala daerah sudah lewat.
"Sudahlah, itu sudah selesai," kata pelaku seni ketoprak Nano Asmorodono di Ndalem Sekar Wangi, Jalan Wates Km 5,5, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Kamis (12/12/2024).
Nano tengah menunggui latihan terakhir Ketoprak Wayang Tari (Kewari) lakon 'Misteri Bengawan Sore' ('Ampak-ampak ing Panolan'). Pentas dari latihan terakhir ini akan digelar di tempat yang sama, Jumat (13/12/2024) malam ini.
Baca Juga: Pemkab Purbalingga dan Pemalang Tegaskan Batas Wilayah
Pada pentas yang diselenggarakan Asosiasi Seni Pertunjukan Nusantara (Asiantra) ini Nano menjadi sutradara sekaligus penggagas.
Sejumlah seniman termasuk yang sudah kondang seperti Yati Pesek, Yani Saptohudoyo, Patmi, Evi Idawati, Pritt Timothy Prodjosoemantri, Bagong Sutrisno, Stefanus Prigel, Memet Chairul, Slamet, Mario Neskandaru Rudianto, Eko Winardi. Bagi yang ingin menyaksikan, tiket bisa didapatkan di tempat pertunjukan.
Nano menyebutkan, Kewari menyatukan berbagai seni pertunjukan berupa ketoprak, wayang kulit, wayang orang, wayang kulit, wayang milenium, tari, hingga teater moderen.
Baca Juga: Jelang Nataru, Stok BBM Aman dan Distribusi Lancar di DIY
Mengkolaborasikan berbagai cabang seni pertunjukan ini juga mengandung keinginan untuk menyatukan relawan dan pendukung calon dalam politik yang berbeda-beda sehingga menimbulkan hiruk pikuk dalam kehidupan.
Tak urung, hiruk pikuk yang mewarnai kehidupan negara justru diangkat di atas panggung. Lewat lakon yang diangkat dari novel 'Penangsang Memanah Rembulan' karya Joko Santosa yang ditampilkan dari sudut pandang yang lain.
Dikaitkan dengan suasana saat ini, diwarnai kritik termasuk kepada pemerintah. Sebagai seniman, lewat cara inilah kritik disampaikan sambil menyatukan masyarakat yang terlibat.
"Lewat agama tidak mungkin, lewat partai tidak mungkin, hanya bisa lewat kebudayaan." tambah Nano. (Ewp)