KRJogja.com - Nama acaranya Wedangan #4, yang dalam bahasa Jawa merupakan 'jarwa dhosok' dari kalimat 'ngawe kekadangan' atau mengundang persaudaraan.
Wedangan berupa diskusi sastra dengan tema Ajar Permana akan digelar di Plataran Dhadhap Waru kantor Penerbit Interlude Sumber Kulon Kalitirto Berbah Sleman, Minggu (16/3) sore, sekalian buka bersama.
Baca Juga: Kawal Haji 2025, Itjen Kemenag Awasi Penyediaan Layanan Haji
"Kami akan membicarakan buku 'Nguber Layangan Tatas' berisi 30 cerkak modheren pilihannya Prof George Quinn dari Autralian National University, untuk membaca peta sastra Jawa modern khususnya cerkak," jelas pengelola penerbit Interlude Sukandar, Kamis (13/3).
Menurut Sukandar, Wedangan ini belum rutin digelar. Masih belum terjadwal. Harapannya bisa bergulir dengan semangat ngawe kekadangan.
Buku yang pernah dibahas karya Iman Budhi Santosa, 'Jejak Tapak dari Gunung ke Gunung'. Edisi lainnya dongeng anak, dan pelatihan public speaking untuk remaja sekitar Interlude. Buku 'Nguber Layangan Tatas' mempunyai saudara kembar dalam bahasa Inggris yaitu antologi 'She Wanted to be a Beauty Queen'.
Baca Juga: Harda Kiswaya Ceritakan Tak Pernah Diam Bantu PSS Lepas dari mendengarkan
Mengambil tema Ajar Permana menurut Sukandar karena ada banyak nasihat orang tua yang lupa dicatat. Hanya sekadar diingat-ingat, itu pun lamat.
Sejak kanak-kanak orang tuanya yang 'tani utun' tanpa henti mengingatkan, kelak bila bisa sekolah lalu bekerja (jadi) apa pun, satu hal yang pasti, 'aja melik barange liyan' jangan mencuri. Pesan terang benderang itu di kemudian hari ternyata menjadi amat sangat tidak sedehana.
Ada lagi pesan nasihat orang-orang tua yang sering luput diselami. Dalam beberapa kesempatan setiap hendak mengerjakan sesuatu dalam kondisi yang tidak ideal, ungkapan yang kemudian muncul adalah 'sing permana'.
Yang di kemudian hari Sukandar memaknai sebagai sebuah upaya sadar dan cermat dalam melihat atau mengupayakan sesuatu. 'Permana' bila dalam bausastra berarti terang, jelas (penglihatannya) maka hari ini kata itu perlu kami rengkuh kembali.
Di hari-hari yang samar bahkan gelap ini, 'permana' tampaknya menjadi bekal yang pas dalam perjalanan ungkap Sukandar.
Hubungannya dengan "Ajar Permana Nguber Layangan Tatas" ini, menurut Sukandar perlu upaya terus-menerus dalam membaca, menyimak, dan melihat geliat sastra Jawa modern.
'Laku permana' diperlukan guna melengkapi pengetahuan dalam membaca peta sastra Jawa khususnya cerpen berbahasa Jawa atau cerkak. Dan buku 'Nguber Layangan Tatas' yang digarap oleh Prof. George Quinn ini menjadi salah satu pintu yang pas untuk melihat itu. (War)