Krjogja.com - YOGYA - Teater Wanita Ngunandhika (Teater WN) bersama Mitra Perkumpulan Komunitas 'Titen (Tim-10)' kembali menyelenggarakan workshop yang kali ini tentang penyutradaraan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, 25-26 April 2025, mengangkat tema 'Gaya Teater Panggung Perempuan'.
Workshop penyutradaraan ini dalam rangka Festival Teater Perempuan (FTP) DIY tahun 2025, diikuti peserta perwakilan dari komunitas Teater di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul.
Baca Juga: Stop Bullying, Polres Temanggung gencarkan pembinaan siswa di sekolah
Workshop hari pertama menghadirkan narasumber Prof Dr Yudiaryani MA (Guru Besar Teater ISI Yogyakarta) yang membawakan materi 'Transformasi Teks Perempuan dalam Penyutradaraan Perempuan.
Sedangkan hari kedua, narasumber Tito Pangesthi Adji (Praktisi Teater Asdrafi Yogyakarta) membawakan materi 'Eksplorasi Aspek Pemanggungan dalam Penyutradaraan Teater'. Sedangkan narasumber Gati Andoko (Praktisi Teater UGM) dengan materi 'Pencarian Sebuah Bentuk Pementasan Teater' dipandu moderator Bambang 'Bhe' Susilo.
Adapun peserta workshop sebanyak 35 orang, merupakan perwakilan komunitas teater dari lima kabupaten/kota se DIY.
Baca Juga: Kemampuan membaca dan Matematika anak Indonesia di bawah standar PISA
"Dengan mengikuti workshop penyutradaraan ini peserta mendapatkan tambahan pengetahuan dari para narasumber yang mumpuni di bidangnya. Jadi nanti mereka akan lebih mantap lagi menjadi sutradara yang baik," kata Pimpinan Teater WN, Dra Hj Yeni Rumiyaningtyas, Selasa (29/4/2025).
Menurut Yeni, pada September 2025 mendatang, Teater WN bersama Mitra Perkumpulan Komunitas 'Titen (Tim-10)' akan mengadakan Festival Teater Perempuan (FTP) DIY dengan dukungan dana dari Indonesiana.
Agar matang dalam penyelenggaraan FTP tersebut, maka diadakan serangkaian workshop. "Kemarin sudah workshop keaktoran, sekarang penyutradaraan dan Mei workshop tentang tata artistik," ujarnya.
Yeni mengakui bahwa tidak semua peserta workshop ini akan tampil menjadi sutradara dalam FTP DIY. Namun demikian dengan memiliki pengetahuan dan kemampuan sebagai sutradara, mereka (para peserta) ketika kembali ke kelompoknya ilmu-ilmu ini akan sangat bermanfaat untuk menguatkan kelompoknya.
Sementara itu, Prof Dr Yudiaryani MA mengatakan sebagai narasumber workshop, dirinya berusaha untuk mengenalkan bagaimana cara kerja penyutradaraan yang dilakukan oleh perempuan.
Menurutnya, sutradara perempuan di Yogyakarta masih sangat jarang sekali. "Saya tidak tahu alasannya, mungkin karena tradisi atau adat di budaya Jawa, menyebabkan perempuan tidak mau menjadi pemimpin (sutradara)," katanya.
Dijelaskan, menjadi sutradara bagi seorang perempuan memang tidak mudah. Hal ini lantaran menjadi sutradara dituntut untuk mampu mengelola banyak hal, harus punya banyak koneksi, secara keilmuan harus menguasai teori pertunjukan. Seperti menata adegan, setting panggung dan lain-lainnya.