Krjogja.com - GUNUNGKIDUL - Di tengah riuhnya peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Bulan Menggambar Nasional, sebuah peristiwa seni yang hangat dan menyentuh hati berlangsung di jantung Gunungkidul.
Tri Joko Purnomo, seniman rupa asal Yogyakarta, menyulap ratusan goresan tangannya menjadi jembatan silaturahmi, edukasi, dan promosi budaya dalam pameran bertajuk “Gelar Karya Menggambar Gunungkidul”.
Bertempat di Moro Joglo, pameran ini dibuka secara resmi oleh Chairul Agus Mantara, S.IP., MM., Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul, mewakili Bupati. Acara pembukaan dihadiri lintas tokoh: dari pejabat pemerintahan, tokoh budaya, hingga musisi legendaris Sawung Jabo.
Keakraban dan semangat kebudayaan terasa sejak awal acara, yang diawali dengan menggambar bersama di satu kanvas raksasa, menciptakan momen kolaboratif lintas profesi dan generasi.
Dipandu MC unik Agus Kencrot dan Bambang KSR, suasana pembukaan makin hidup dengan alunan musik dari Oi Gunungkidul, ditambah penampilan Sawung Jabo yang menyanyikan lagu-lagu seperti Badut, Hio, dan Kuda Lumping. Ruang pamer seketika berubah menjadi panggung interaksi sosial yang cair dan membahagiakan.
Baca Juga: Industri Jadi Alternatif, ASN dan PPPK Jadi Daya Tarik Tinggi Angkatan Kerja Muda
Lukisan Sebagai Cermin Kerinduan dan Harapan
Lebih dari 100 karya lukis dipamerkan di Galeri Wetan Ndalan, Sanggar Seni yang menjadi rumah kreatif Tri Joko Purnomo. Karyanya bukan sekadar visual, tapi cerminan kerinduan akan alam, seni tradisi, dan dinamika sosial Gunungkidul.
Dalam berbagai gaya — dari realis, suryalis, abstrak, ekspresif hingga dekoratif — lukisan-lukisan ini mengajak pengunjung merenung, bernostalgia, sekaligus bermimpi.
Kurator seni, Dr. Drs. Hajar Pamadhi, MA (Hons.), menyampaikan dalam sambutannya: “Sah-sah saja, ini seni untuk masyarakat. Karya Tri Joko tidak menggurui, tapi mengajak. Memberi selera, bukan memaksakan.”
Pameran yang Membumi, Edukatif, dan Menggugah
Tak hanya menjadi ruang apresiasi seni, pameran ini juga membawa misi edukatif. Anak-anak sekolah dari SD hingga SMA dijadwalkan datang bergiliran untuk belajar langsung dari karya. Selain itu, pameran ini menjadi alat promosi potensi wisata Gunungkidul lewat “bahasa gambar” yang lintas batas dan lintas usia.
“Ini adalah implementasi bela negara di bidang seni rupa,” ungkap Tri Joko Purnomo. Ia berharap ke depan, pemerintah desa dan kabupaten dapat memberi perhatian lebih pada kegiatan seni yang menyentuh masyarakat akar rumput, dan memberi ruang tumbuh bagi kreativitas lokal.