Krjogja.com - YOGYA - Parade Teater Taman Budaya Yogyakarta Linimasa #8 kembali hadir dengan mengusung tema 'Tanah, Pewarisan dan Problematika (Ruang Tinggal)' yang digelar di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jumat (20/6/2025) didukung dana keistimewaan (danais).
Parade Teater Linimasa #8 menampilkan kelompok Teater SD Tumbuh 2 dengan judul 'Planeto' disutradarai Paksi Raras Alit. Kemudian Perkumpulan Senin Nusantara Baca berjudul 'Tanah Warisan' dengan sutradara Landung Simatupang, dan kelompok Tarikatur berjudul 'Mau Kemana Lagi?' dengan sutradara Hanif Joaniko Putra.
Kepala TBY, Dra Purwiati menuturkan kelompok yang tampil dalam Teater Linimasa #8 melalui proses seleksi/kurasi. Dari 15 proposal/naskah teater yang masuk, didapat tiga naskah yang ditampilkan. Konsep teater Linimasa berbeda dibanding teater-teater pada umumnya.
Baca Juga: Sport Tourism Bergengsi, 9.200 Pelari dari 17 Negara Siap Ramaikan Mandiri Jogja Marathon 2025
"Teater Linimasa memang dikembangkan sebagai ruang eksperimen, bukan hanya dialog, tapi juga eksplorasi musik, gerak dan visual," katanya saat jumpa pers di TBY, Kamis (19/6/2024). Turut mendampingi Elyandra Widharta, narasumber Parade Teater Linimasa #8 sekaligus salah satu kurator.
Dikatakan Purwiati, Teater Linimasa memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok teater dan sutradaranya untuk membuka konsep. "Harapan kami ruang-ruang ini memberikan kesempatan bagi teman-teman teater untuk mengeksplorasi ide-ide mereka tanpa batas, sehingga akan muncul teater-teater kekinian yang justru mendapat banyak apresiasi," ujarnya.
Baca Juga: 35 Seniman Teater Perempuan Ditempa Jadi Pemimpin
Elyandra Widharta menyebut bahwa tahun ini tiga kelompok yang terpilih mewakili generasi dan gaya yang berbeda. Dari musikal ceria Planeto (Teater SD Tumbuh 2), realisme naratif Tanah Warisan (Perkumpulan Seni Nusantara Baca), hingga eksplorasi tubuh dalam Mau Kemana Lagi? (Tarikatur).
"Lebih dari sekadar panggung, Linimasa adalah ruang reflektif tentang relasi manusia, tanah dan identitas yang terus bergeser. Dari panggung anak hingga pertunjukan eksistensial, semua dipertemukan dalam semangat saling belajar dan berbagai," katanya. (Dev)