"Perluasan ini tidak hanya menegaskan komitmen Salon et Cetera untuk menjawab dinamika zaman, tetapi juga memperkuat perannya sebagai medan dialog yang terus tumbuh melalui praktik penyelenggaraan," imbuh Tomi.
Sedangkan Kiasmos, lanjut Tomi, menampilkan 21 karya dari 12 seniman yang berasal dari Bandung, Yogyakarta, Bali dan dikuratori oleh Agung Hujatnikajennong.
Dalam bahasa Yunani, Kiasmos berarti persilangan. Konteks pameran ini, merujuk pada ruang subtil tempat di mana tubuh dan dunia saling menyusup: Ketika yang melihat juga dilihat, yang 'menyentuh' turut 'disentuh', demikian kata Maurice Merleau-Pointy.
Baca Juga: 'Pohon Hayat' di ARTJOG 2025 Simbol Hidupnya Amalan Seni yang Berkelanjutan
"Dalam proses penciptaan, seniman berjumpa dengan dunia melalui material, medium, ruang, waktu, dan tubuh. Segala hal yang terencana maupun yang tak terduga menjadi bagian dari percakapan dan persilangan antara diri dan dunia. Persilangan itu juga terjadi saat kita mengapresiasi seni. Menatap lukisan bukan sekadar melihat, melainkan mengalami. Tubuh bereaksi, pikiran mengembara, hati tersentuh, batas antara penikmat dan karya perlahan mengabur," kata Tomi. (*3)