“Dulu sempat diejek teman karena mempelajari macapat dianggap kuno. Tapi sekarang justru menjadi kebanggaan karena makin banyak kegiatan budaya yang menarik minat anak muda,” katanya.
Melalui kegiatan ini, BPK berharap generasi muda tidak hanya mengenal tembang macapat, tetapi juga memahami nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
“Macapat bukan hanya tentang seni suara, tapi juga cara kita mengungkapkan visi, misi, dan cinta terhadap bangsa melalui budaya. Melalui tembang, kita bisa menyampaikan pesan yang dalam dan membangun karakter bangsa,” tutup Wahyudi.
Acara ini menjadi bukti bahwa dengan pendekatan yang tepat, budaya tradisional seperti macapat dapat tetap hidup dan relevan di tengah perkembangan zaman, sekaligus menjadi jembatan untuk memperkuat identitas bangsa. (KN)