Lukisan Sam Sianata 'Trinity Art' Akan Ditampilkan di JIAF

Photo Author
- Minggu, 14 Desember 2025 | 15:24 WIB
 Sam bersama Trinity Art karyanya.
Sam bersama Trinity Art karyanya.

Krjogja.com - BANTUL - Trinity Art karya seni Sam Sianata akan ditampilkan pada event Jogja Internasional Art Fair (JIAF) di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, 31 Desember 2025 hingga 2 Januari 2026. Sam membawa pesan besar dalam karya lukisnya tersebut dan diharapkan bisa sampai pada audiencenya.

"Karya seni saya dapat dinikmati pada Jogja Internasional Art Fair (JIAF) di JEC, 31 Desember 2025 sampai dengan 2 Januari 2026," ungkap Sam Sianata dalam keterangan tertulis, Minggu (14/12/2025).

Menurut Sam Sianata, Trinity Art adalah sebuah misi besar dan visi peradaban seni, sebuah langkah strategis untuk mengangkat martabat para seniman bangsa Indonesia. Tujuannya agar berani berdiri tegak, sejajar, dan berdaulat di hadapan seniman mana pun di seluruh dunia.

Baca Juga: Kolomnis Ki Prof Supriyoko, Kamus Berjalan Ketamansiswaan

"Bukan sebagai pengekor arus global, melainkan sebagai lokomotif pemikiran, pencipta arah, dan penentu wacana baru dalam lanskap dunia seni internasional," sambung pria yang bernama asli Liem Sian An Ini.

Berangkat dari kesadaran bahwa seni kontemporer dunia telah lama didominasi oleh pusat-pusat budaya tertentu, Trinity Art hadir sebagai pernyataan sikap, yang berisi Indonesia sebagai bangsa Nusantara tidak kekurangan gagasan, kedalaman filosofi, maupun kekuatan estetika. Hal yang dibutuhkan adalah kerangka isme baru, sebuah sistem artistik yang lahir dari pengalaman spiritual, sejarah dan kearifan lokal, namun berbicara dengan bahasa universal.

"Secara konseptual, Trinity Art adalah aliran atau isme baru yang memadukan tiga elemen utama dalam satu kesatuan utuh dan tak terpisahkan," bebernya.

Perpaduan tiga elemen tersebut meliputi, visual Art (lukisan/karya rupa), audial art (musik/lagu/narasi suara) dan maskot atau figur simbolik (ikon komunikatif). "Ketiganya bukan sekadar pelengkap, melainkan tiga pilar pengalaman artistik yang bekerja simultan untuk menghadirkan seni sebagai peristiwa utuh, bukan objek pasif," sebutnya.

Baca Juga: Film 'Timur' Gelar Special Screening di 17 Kota, Debut Penyutradaraan Iko Uwais Dipuji

Dalam Trinity Art, lukisan tidak lagi berdiri sendiri sebagai gambar yang hanya dinikmati mata. Ia menjadi gerbang visual yang membuka ruang rasa, makna dan perenungan. Warna, garis, simbol, dan komposisi diperlakukan sebagai bahasa spiritual dan filosofis yang mengundang penikmat masuk ke dalam dunia batin sang seniman.

Elemen audial, meliputi musik, lagu, atau lanskap suara, berfungsi sebagai jiwa yang menghidupkan visual. Ia memperluas pengalaman dari sekadar melihat menjadi merasakan waktu, emosi, dan ritme kehidupan.

"Audial dalam Trinity Art bukan ilustrasi, melainkan resonansi makna yang memperdalam tafsir dan memperkuat ingatan emosional penikmat seni," katanya.

Sementara itu, maskot hadir sebagai alat komunikasi lintas batas. Maskot bukan sekadar karakter lucu atau ikon pemasaran, melainkan representasi simbolik dari gagasan besar karya.

Baca Juga: Atletico Madrid Menang 2-1 atas Valencia, Gol Griezmann Jadi Penentu

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X